Nova.id – Selain gangguan pernapasan dan gejala mirip flu, Covid-19 kini diketahui memiliki gejala baru bernama delirum. Dikutip dari pemberitaan Kompas.com (12/12/2020), sebuah studi menyebutkan bahwa delirium kerap dialami oleh pasien Covid-19 yang berusia lanjut.
Delirium sendiri merupakan gangguan pikiran seperti berkurangnya kemampuan kognitif dan daya ingat.
Meski begitu, Dokter Divisi Psikiatri Komunitas, Rehabilitasi, dan Trauma Psikososial, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, dr Gina Anindyajati SpKJ mengatakan, seseorang yang memiliki gejala ini tidak selalu menderita Covid-19.
Delirium sebenarnya dapat menyerang siapa saja yang sudah lanjut usia.
"Orang yang mengalami delirium menunjukkan adanya gangguan tingkat kesadaran, perhatian, kognitif (kemampuan berpikir), dan persepsi yang terjadi secara fluktuatif (berubah-ubah dari waktu ke waktu)," ujar Gina.
Lebih lanjut, Gina juga menyebut, gejala dan tingkatan delirium juga cukup bervariasi.
Namun, setidaknya terdapat beberapa gejala yang kerap dirasakan oleh penderita, antara lain gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran berkabut hingga koma) dan gangguan kognitif berupa proses pikir yang kacau, ketidakmampuan membedakan realita dan yang bukan, disorientasi, daya ingat rendah.
Selain itu, ada juga yang mengalami gangguan siklus tidur-bangun, cenderung bangun dan gelisah di malam hari dan pola tidur terbalik, serta gangguan emosional yang tampak sebagai kecemasan hebat, iritabilitas (mudah marah).
Baca Juga: Bagaimana Gejala -gejala yang Dialami Anak Jika Terinfeksi Covid-19?
Ada alasan mengapa kondisi delirium dikaitkan dengan infeksi Covid-19. Menurut dr Gina delirium dapat terjadi pada pasien yang mengalami infeksi di dalam tubuh dan infeksi tersebut mempengaruhi otak.
Misalnya saja, infeksi langsung di jaringan otak, inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otak, ensefalopati akibat toksin, gagal nafas yang menyebabkan otak mengalami kekurangan oksigen berat Infeksi berat yang memengaruhi organ-organ vital, dan hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) sehingga mengganggu aliran darah ke otak.
Kondisi infeksi tersebut bisa saja dialami oleh pasien Covid-19.
Penulis | : | Content Marketing |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR