Protokol Kesehatan Harus Tetap Dijalankan, Meski Vaksin Covid-19 Telah Ditemukan

By Nana Triana, Kamis, 31 Desember 2020 | 22:05 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Dok. Freepik)

NOVA.id - Vaksin Covid-19 dari Sinovac dikabarkan sudah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020), Hal ini membawa secercah harapan setelah dunia dilanda pandemi hingga sembilan bulan lamanya.

Ada pula anggapan bahwa kemunculan vaksin merupakan penanda awal dari akhir pandemi, dan masyarakat mulai membayangkan situasi kembali normal bahkan bisa merayakan liburan seperti dulu.

Namun, pakar kesehatan masyarakat mengingatkan bahwa vaksin Covid-19 bukan obat ampuh yang sesuai harapan setiap orang.

Di samping itu, adanya vaksin bukan serta-merta kita dapat meninggalkan langkah-langkah pencegahan virus dengan menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun.

Baca Juga: IDI Ungkap Vaksin Covid-19 Belum Bisa Hilangkan Pandemi Corona di 2021

Selain vaksin Sinovac, kita tahu ada dua vaksin Covid-19 lain, seperti Moderna dan Pfizer. Keduanya mengklaim bahwa vaksin buatan mereka memiliki tingkat efektif 94,5 persen dan 95 persen.

Namun, keampuhan vaksin keduanya masih dipertanyakan. Pasalnya, keefektifan vaksin tersebut mengacu pada kemampuan vaksin untuk melindungi dari penyakit Covid-19, bukan terhadap segala infeksi virus.

Melansir dari Kompas.com (17/12/2020), kedua uji coba ketat pengujian vaksin dirancang untuk mengukur penyakit Covid-19. Orang yang diuji coba secara acak diberikan vaksin atau plasebo, kemudian diminta melaporkan gejala Covid-19 yang mereka alami, seperti demam, batuk, sesak napas atau nyeri otot.

Para peneliti kemudian menentukan apakah akan menguji mereka atau tidak. Apabila orang yang secara sukarela diuji positif terinfeksi virus, mereka tercatat sebagai kasus Covid-19 yang dikonfirmasi.

Baca Juga: Mulai Tahun Depan, Iuran BPJS Kesehatan Kelas III yang Harus Dibayarkan Naik

Kemudian, para peneliti akan melihat kelompok kasus Covid-19 dan membandingkan antara jumlah orang yang divaksinasi dengan jumlah orang yang mendapatkan plasebo.

Artinya, orang yang divaksinasi belum tentu kebal terhadap infeksi virus, namun cenderung mengalami gejala yang lebih sedikit dan tidak sakit seperti orang-orang yang tidak mendapat vaksin.

Hal itu masih jauh lebih baik ketimbang terinfeksi virus corona dan kemudian dirawat di rumah sakit, di mana pasien akan memerlukan perawatan intensif dan ventilator untuk bernapas.

Semakin banyak orang yang dapat mengalami gejala lebih ringan dan pulih di rumah, akan semakin sedikit beban pada sistem perawatan kesehatan dan paparan virus pada petugas kesehatan.

Baca Juga: Pevita Pearce Positif Covid-19, Ajak Netizen Patuhi Protokol Kesehatan Lewat Instagramnya

Protokol kesehetan mesti tetap dilakukan

Jadi, vaksin tidak 100 persen melindungi tubuh dari infeksi virus. Sehingga protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tetap wajib dipraktikan.

Nantinya, akan lebih banyak data yang bisa menjadi petunjuk apakah orang yang mendapat vaksin dan tidak mengalami gejala Covid-19 masih bisa menularkan virus kepada orang lain atau tidak.

Namun hal itu belum diketahui, jadi para ahli mengingatkan pentingnya menerapkan kebiasaan yang sudah terbukti menghambat penyebaran Covid-19.

Baik Moderna dan Pfizer berencana mengajukan otorisasi untuk mulai mendistribusikan vaksin mereka. Setelah mendapat izin, butuh waktu bagi keduanya untuk mengirimkan vaksin ke rumah sakit, dokter, dan apotek.

Baca Juga: Muncul Virus Corona Baru yang Sangat Menular, Inggris Cetak Rekor 35 Ribu Kasus Covid-19 Dalam Sehari

Kedua perusahaan sudah mulai memproduksi vaksin, tetapi produksi tersebut masih belum memenuhi permintaan akan vaksin di tahun ini. Karena terbatas, pendistribusian vaksin dilakukan secara bertahap.

Proses pendistribusian vaksin dimulai dari kelompok berisiko tertinggi seperti petugas kesehatan dan pekerja garda depan lainnya, diikuti pekerja di sektor esensial seperti first responder dan aparat penegak hukum.

Kemudian, barulah orang lanjut usia dan orang dengan penyakit bawaan mendapat giliran diberi vaksinasi, dan seluruh populasi penduduk di dunia pada akhirnya.

Jika banyak orang diberi vaksin dan vaksin tersebut mampu menangkal virus, pengendalian pandemi dengan cara herd immunity atau kekebalan kelompok, besar kemungkinan tidak akan terjadi hingga tahun depan.

Baca Juga: Berikut 3 Temuan Terbaru Seputar Covid-19 yang Perlu Diketahui

"Bila sebagian penduduk divaksinasi, dan beban kasus turun ke tingkat yang sangat rendah, baru kita akan dapat bernapas lega tanpa masker," kata Emanuel Goldman, profesor mikrobiologi di Rutgers University.

Dia menambahkan, selanjutnya para peneliti harus tetap waspada dalam melacak setiap perubahan pada virus karena semakin sedikit induk yang bisa menjadi tempat pelarian virus.

"Virus mungkin memiliki cara lain dan membuat vaksin menjadi kurang efektif," lanjut Emanuel. 

Pemberian vaksin kepada banyak orang dan memantau bagaimana sistem kekebalan mereka bereaksi bisa memudahkan para ahli untuk menemukan cara penanganan Covid-19 yang lebih baik.

Baca Juga: Tips Atasi Bisnis yang Terdampak Pandemi Covid-19 ala Nana Mirdad

Pesan besarnya adalah kita memiliki alat tambahan dalam bentuk vaksin untuk memerangi Covid-19, tetapi itu belum cukup tanpa dukungan penerapan protokol kesehatan.