Megawati Tanto, Koordinator Kanker Paru untuk CISC turut menyampaikan, “Setelah memperingati hari kanker sedunia beberapa waktu lalu, kita kembali disadarkan bahwa situasi kanker paru di Indonesia masih dalam kondisi kritis.”
Tantangan yang dihadapi oleh penyintas kanker paru menjadi pemicu situasi kanker paru yang runyam di tanah air.
Selain berjuang melawan kesakitan fisik, penyintas kanker paru juga menghadapi tantangan berupa beban psikologi, sosial, juga ekonomi.
“Pengalaman personal saya sebagai penyintas kanker paling mematikan ini juga adalah suka duka saat menjalani prosedur diagnosis dan pengobatan,” tutur Megawati.
Baca Juga: Pasrah, Istri Sutopo BNPB Ungkap Detik-Detik Wafatnya Sang Suami
“Harapan kami ke depannya agar pemerintah dapat memprioritaskan ketersediaan akses terhadap pengobatan inovatif untuk kanker seperti terapi target dan imunoterapi, sebagai bagian dari jaminan akses pasien terhadap pengobatan kanker paru yang terbaik, termasuk menambahkan pengobatan personalisasi bagi penyintas kanker paru sub-tipe ALK dan EGFR negatif ke dalam BPJS,” lanjutnya.
Megawati menjelaskan, “Dengan mengurangi beban yang artinya meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru, pasien, kami berharap laju pertambahan kasus kanker paru di Indonesia semakin terkendalikan.”
Dengan demikian, untuk mewujudkan pengobatan kanker yang tepat serta berkualitas dan bisa dijangkau oleh semua penyintas kanker, dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari semua pemangku kepentingan baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat.
“Harapan besar kami saat ini adalah agar penyintas kanker paru bisa mendapatkan akses yang tepat dan merata untuk diagnosis dan pengobatan yang berkualitas sehingga mereka memiliki kualitas dan harapan hidup yang lebih baik,” tambahnya.