Proyek tersebut adalah program intervensi yang didanai oleh JDE, Yayasan IDH, dan S&D SUCDEN dan telah berlangsung hingga tahun 2018 dengan target petani kopi binaan sebanyak 3.500 di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Program ini berfokus pada peningkatan mata pencaharian petani kopi melalui wanatani yang beragam.
Studi ini menunjukkan tidak ada dampak negatif dari intervensi terhadap dinamika gender tingkat rumah tangga.
Peran laki-laki dan perempuan dalam sistem wanatani berbasis kopi dan praktik pertanian lainnya saling melengkapi dan saling mendukung, sehingga menghasilkan sinergi.
Baca Juga: 8 Tanda Masa Subur Perempuan, Kenali Sekarang agar Bisa Cepat Hamil
“Meskipun demikian, masih terdapat potensi risiko ketidakseimbangan hubungan dalam keluarga petani, karena pembuat keputusan sering dilakukan oleh laki-laki atau kepala rumah tangga, sehingga perempuan kehilangan kesempatan untuk berperan lebih dalam lagi untuk pengembangan pertanian kopi mereka,” tambah Elok.
Senada dengan Elok, Veronika Semelkova, Sustainability Manager S&D Sucden Coffee menambahkan bahwa potensi risiko ketidakseimbangan dalam hubungan perlu diisi dengan intervensi program yang dapat meningkatkan
kolaborasi antara perempuan dan laki-laki lebih mendalam agar dapat berperan untuk mengembangkan produktivitas usaha kopi.
Baca Juga: Tentang Diskriminasi Gender, Indonesia Dukung Gerakan Global untuk Kesetaraan Upah