NOVA.id – Untuk meningkatkan nilai tambah kopi, Ditjenbun memberikan bantuan alat pasca panen dan pengolahan.
“Alat itu terdiri dari pulper kopi, washer kopi, huller kopi, solar dryer dome, roasted kopi, dan bangunan unit pengolahan kopi,” jelas Dedi Junaedi, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan lewat keterangan pers.
Tahun ini sarana dan prasarana yang diberikan adalah sarana pasca panen 182 unit untuk 13 provinsi 14 kabupaten, prasarana pasca panen 13 unit untuk 9 provinsi 11 kabupaten, prasarana pengolahan 49 unit untuk 18 provinsi 32 kabupaten dan sarana pengolahan 353 unit di 25 provinsi 67 kabupaten.
Baca Juga: Warung Kopi Purnama, Kuliner Legendaris di Bandung Langganan Menir
Sedang di hulu program pengembangan kopi nasional tahun ini mencapai 5.160 ha terdiri dari perluasan kopi arabika di 12 provinsi 22 kabupaten 2.590 ha, rehabiltasi kopi robusta di 1 provinsi 1 kabupaten 100 ha, peremajaan kopi robusta di 5 provinsi 5 kabupaten 800 ha dan peremajaan kopi arabika di 6 provinsi 14 kabupaten 1.670 ha.
Agrowisata berbasis kopi juga dikembangkan.
Saat ini agrowisata berbasis kopi yang sudah ada adalah Kampung Kopi Banaran, Perkebunan Kopi Rowoseneng, Perkebunan Kopi Bojonegoro, Perkebunan Kopi Ijen dan Perkebunan Kopi Kintamani. Sedang agrowisata yang sedang dalam proses Perkebunan Kopi Pangalengan, Perkebunan Coffe Condor Magelang, Perkebunan Teh Kopi Kelapa Kulon Progo, dan Kebun Pagillaran di Batang dengan komoditas teh, kakao, kina, cengkeh, kelapa.
Hiliarisasi kopi berbasis kelompok tani pembiayaannya diarahkan menggunakan KUR (Kredit Usaha Rakyat) perkebunan dengan bunga 6% .
Baca Juga: Viral, Croffle Rekomendasi Makanan Lokal Kekinian Ini Patut Dicoba