NOVA.id - Belum lama ini konflik antara selebritas Zayn Malik dan Yolanda Hadid, ibudari pasangannya, Gigi Hadid, ramai diperbincangkan.
Sebelum kejadian ini, Yolanda Hadid memang dikenal sebagai sosok ibu yang banyak mengatur dan ikut campur urusan sang anak, Gigi.
Sehingga tidak sedikit media menyebut apa yang dilakukan Yolanda itu sebagai bentuk dari helicopter parenting. Apa, sih, helicopter parenting itu?
Baca Juga: Belajar Lewat Ekosistem Parenting, Sandra Dewi: Saya Ibu yang Agak Susah Atur Emosi
Istilah helicopter parenting pertama kali digunakan dalam buku Between Parents& Tennegers (1969) oleh Dr. Haim Ginott’s.
Istilah ini merepresentasikan gaya asuh orang tua yang selalu “melayang” di atas mereka layaknya helikopter.
Maksudnya, orangtua banyak mengatur kehidupan anak, bahkan setelah anak menikah atau berkeluarga. Tentu saja jika tidak segera diatasi dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan.
Baca Juga: Waspada, Inilah Dampak Negatif Bila Anak Pakai Popok Menggumpal
Menurut psikolog anak dan keluarga Ayoe Sutomo, M.Psi, Psikolog, dalam pola asuh helikopter ini orangtua sangat memerhatikan anaknya, dan selalu ada untuk melindungi sang anak, namun perhatian yang diberikan sangat berlebihan atau over protektif.
“Helicopter parenting lebih kepada orangtua yang terlalu fokus terhadap anak, ya, seperti helikopter mengelilingi anaknya ikut ke mana saja. Dalam konteks orangtua di sini, mencampuri berbagai macam keputusan-keputusan yang dibuat oleh anak, menentukan apa yang harus dibuat oleh anak,” jelas Ayoe kepada NOVA.
Baca Juga: Hati-Hati Ada Bahaya Memuji Anak Berlebihan, Bisa Munculkan Kepribadian Ini
Berdampak Negatif
Lebih lanjut, helicopter parenting sebaiknya tidak dilakukan, karena memiliki dampak negatif. Apa saja, ya, dampaknya?
1. Anak tidak percaya diri, karena tidak pernah dibiarkan untuk mengambilkeputusan-keputusannya sendiri.
2. Tak mampu menghadapi masalah. Artinya kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah baik secara life skill maupun coping skill sangat buruk.
Baca Juga: Anak Takut Menginjak Rumput? Yuk! Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya
“Karena setiap ada masalah selalu ada orangtua yang di samping dia, melindungi dia, menjaminkan bahwa masalahnya akan selesai, bahkan membantu mengambil keputusan-keputusan yang dirasa ‘aman’ oleh orangtua,” jelas Ayoe.
3. Jadi pecemas. Anak yang dibesarkan dengan pola helicopter parenting cenderungmenjadi pecemas, sulit mengambil keputusan, takut salah.
4. Merasa istimewa. Karena selalu dinomorsatukan di rumah, saat anak bersosialisasi di luar rumah ia akan memiliki pikiran jika dirinya harus mendapatkan perlakuan istimewa.
Baca Juga: Agar Selalu Update dengan Tren Busana Anak, Simak 5 Tips Ini
Padahal belum tentu, di luar atau di lingkungan sosailnya ia memiliki keistimewaan khusus.
Menurut Ayoe, terkadang orangtua yang menjalankan helicopter parenting ini tidak sadar dengan apa yang dilakukannya.
Ada beberapa faktor yang membuat orangtua melakukannya. Mulai dari cemas berlebih akan kondisi sang anak.
Baca Juga: Otoriter Hingga Demokratis, Yuk! Kenali 4 Gaya Pengasuhan Anak
Mendapatkan pola asuh yang sama dari orangtuanya, adanya tekanan sosial (misalnya komentar tetangga terkait anaknya), sampai over-compensation (misalnya karena dulunya terlalu dibebaskan hingga merasa tidak diperhatikan oleh orangtuanya).
Agar kita tidak terjebak dalam pola yang sama, kata Ayoe, “Sangat bisa untuk diputus, sepanjang menyadari kemudian dipahami, kita kenal apa yang jadi penyebabnya, kita kenal polaasuh kita dulu seperti apa, dan kita melakukan apa, termasuk pengasuhan yang berkesadaran.”
Jadi, tak berarti bila kita menerima pola asuh yang kurang tepat, lantas kita membenarkan pola asuh itu kepada anak-anak kita.
Baca Juga: Dilengkapi dengan Ilustrasi, Buku Gramedia Ini Bisa Menjawab Banyak Rasa Keingintahuan Anak
Bagaimana Menghadapinya?
Dampak dan masalah akibat dari pola asuh helikopter ini biasanya mulai sangat menganggu ketika si anak telah menikah atau berkeluarga.
Di mana orangtua masih mau banyak terlibat ikut campur dalam banyak keputusan kita, padahal saat berkeluarga.
Padahal tentu saja nilai-nilai kehidupan yang kita dan pasangan anut akan banyak berbedadengan orangtua.
Baca Juga: Jangan Panik! Ini Cara Menghilangkan Cegukan pada Bayi, Gampang Banget
Bila kita mendapat perlakukan seperti ini dari orangtua kita, bagaimana menghadapinya?
- Buat Batasan
Buat batasan dengan orangtua, terkait misalnya hal-hal apa saja yang dapat dicampuri orangtua. Pastikan kita dan pasangan telah mendiskusikannya bersama dan sepakat alias kompak.
Penting agar hal ini disampaikan langsung oleh Anda sebagai anaknya, bukan pasangan Anda atau menantu dari orangtua.
Baca Juga: Cara Agar Anak Tidak Sulit Bersosialisasi Walau di Rumah Terus
- Minimalisir kontak
Jika memungkinkan, sebaiknya kita dan pasangan tidak tinggal satu rumah dengan orangtua. Tujuannya untuk meminimalisir kontak, selain membuat kita lebih leluasa mengatur rumah tangga bersama pasangan. Kita juga bisa mulai belajar untuk mandiri.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)