Dari angka tersebut, DKI Jakarta bisa menyumbang sepertiga, atau sekitar 1.500-2.000 kasus per hari.
Prediksi ini dapat menjadi kenyataan apabila pemerintah pusat, khususnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, tidak mengambil langkah tegas untuk menekan penularan virus corona.
Apalagi, Pemprov DKI baru saja menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah-sekolah.
Tak jauh berbeda, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan puncak infeksi Omicron di Indonesia, dengan orang-orang membutuhkan bantuan fasilitas kesehatan akan terjadi akhir bulan depan atau awal Maret.
"Menurut saya prediksinya baru akhir Februari atau Maret mulai kelihatan banyak kasus yang datang ke rumah sakit."
"Walaupun ini potensinya moderat atau belum terlihat akan sebesar varian Delta," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Pemberian Vaksin Booster Dimulai Besok, Ini Golongan yang Dapat Prioritas
Dicky mengingatkan pemerintah untuk tetap siap menghadapi skenario terburuk yang ditimbulkan oleh varian baru ini.
Ia menegaskan bahwa untuk menghadapi situasi ini, pemerintah mempunyai kewajiban memastikan cakupan vaksinasi dosis lengkap atau dua dosis, ditambah vaksinasi booster bagi kelompok rentan.
"Meningkatkan imunitas bukan (dilakukan) dengan infeksi, ini salah kaprah, tidak etis."
"Tentu (meningkatkannya) dilakukan dengan vaksinasi," tegasnya.
Menurutnya, pemerintah juga harus memastikan tersedianya obat-obatan, fasilitas isolasi, ICU, ventilator atau bantuan oksigen.
Baca Juga: BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Darurat untuk 5 Jenis Vaksin Covid-19
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)