Pendidikan Seks Sejak Dini Ternyata Bisa Cegah Anak dari Pelecehan

By Dinni Kamilani, Rabu, 26 Januari 2022 | 11:03 WIB
(Ilustrasi) Mengajarkan pendidikan seks kepada anak. (kokoroyuki)

NOVA.id - Belakangan kita semua dibuat geram sekaligus miris dengan adanya kejadian pelecehan seksual yang dilakukan oleh guru kepada muridnya.

Ya, sederet kasus pelecehan seksual pada anak belakangan ini banyak yang mulai terungkap.

Tentu saja hal ini membuat para orangtua semakin waswas, bagaimana bisa lembaga pendidikan yang harusnya jadi tempat yang aman bagi anak malah jadi tempat terjadinya kasus pelecehan seksual.

Melihat kondisi yang ada, psikolog anak Dr. Ihsana Sabriani Borualogo, M.Si., Psikolog, mengingatkan betapa pentingnya pendididikan seksual diberikan kepada anak, sejak dini, sebagai upaya pencegahan agar anak bisa terhindar dari kejahatan seksual.

Meskipun sekarang ini banyak orang tua yang mulai terbuka soal pendidikan seksual kepada anak, namun tidak jarang masih ada yang merasa bingung bagaimana konsep ataupun cara menyampaikan edukasi seksual kepada si kecil.

Kata Ihsana, “Pertama yang harus dipahami orangtua adalah bahwa yang dimaksud pendidikan seksual kepada anak itu konteksnya bukan berkaitan dengan relasi seksual sebagaimana pemahaman orang dewasa.”

Baca Juga: Belajar dari Matthew White, Kenapa Anak Bisa Terkena Diabetes?

Namun lebih kepada mengajarkan anak untuk memahami, belajar tentang anggota tubuhnya.

Sehingga output-nya anak tahu bahwa badannya tidak boleh dipegang oleh orang lain.

Bagaimana kita menjalankan pendidikan seks kepada anak di rumah?

Ajarkan Sesuai Namanya

Kenalkan anggota tubuh kepada anak, termasuk mengenalkan alat kelamin si kecil. Orangtua jangan menggunakan istilah atau kiasan tertentu saat mengenalkannya.

Sebutlah dengan nama sebenarnya, sebagaimana anggota tubuh lainnya, seperti mata, hidung, dan telinga. Hal ini bisa diajarkan sejak dini, mulai si kecil berusia 2 tahun.

Kata Ihsana, “Jadi kalau kita mau menyebut alat kelamin, perempuan adalah vagina, kalau laki-laki adalah penis, tidak boleh diganti dengan nama lain yang justru membingungkan.

Misalnya kalau laki-laki sering disebut sebagai burung atau apa pun itu enggak boleh.

”Sehingga anak menjadi paham bahwa anggota tubuhnya punya nama. Selain itu hal ini juga dapat membantu anak ketika hal buruk terjadi, misalnya bagian kelamin anak disentuh orang lain, saat dia melapor tidak akan menyulitkan orang lain untuk bisa mamahami apa yang dikatakan anak.

Baca Juga: KIPI Vaksin Anak Bisa Terjadi, Orangtua Wajib Lakukan Hal Ini

 

Kenalkan Soal Gender

Kenalkan pada anak bahwa ada dua jenis kelamin di dunia ini, yakni laki-laki dan perempuan, di mana secara fisik keduanya berbeda.

“Itu harus clear dijelaskan, misalnya dia perempuan punya adik laki-laki maka harus dikasih tahu, kamu perempuan sama dengan ibu. Nah ini lihat misalnya ketika adiknya dimandikan, ini adik kamu laki-laki bedakan dengan kamu, atau sebaliknya,” jelas Ihsana yang juga pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba).

Ajarkan anak tentang otoritas diri, yaitu area tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain.

Yaitu mulai dari tubuh bagian bawah leher segaris bahu sampai lutut. Tegaskan kepada anak bahwa tidak boleh ada yang memegang bagian kelaminnya, karena itu adalah anggota yang paling pribadi.

Kecuali oleh orangtua, misalnya untuk keperluan membersihkan kotoran ketika anak usai buang air, selain itu tidak boleh ada yang pegang siapa pun itu, baik orang terdekat, tante, atau teman.

Baca Juga: Ibu Wajib Tahu, Ini Cara Cegah Stunting dan Obesitas pada Anak

Tentunya sambil juga kita memberitahu kepada si kecil untuk tidak ragu menolak dan berkata tidak, bahkan berteriak meminta pertolongan saat ada orang asing yang mencoba menyentuh area pribadinya.

Bila anak sudah memahami, diharapkan dia bisa lebih melindungi dirinya dan mengomunikasikannya pada orangtua bila terjadi hal yang tak diinginkan.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)