Efek Jangka Panjang Covid-19: Gangguan Kesehatan Mental pada Penyintas

By Ratih, Minggu, 20 Februari 2022 | 20:20 WIB
(Ilustrasi) Penyintas Covid-19 (RUDI SUARDI)

NOVA.id - Gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia terjadi sejak awal tahun 2022 lalu.

Varian terbaru Covid-19 yaitu Omicron dengan cepat menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan mengakibatkan kenaikan angka kasus positif.

Para ahli memprediksi kasus Omicron di Indonesia akan mencapai puncaknya pada bulan Maret mendatang.

Kendati demikian, banyak yang meremehkan varian Omicron karena dinilai tidak berbahaya dibanding Delta.

Padahal, efek Covid-19 varian apapun tidak hanya di saat infeksi namun juga jangka panjang, lo.

Tidak hanya gangguan fisik namun juga gangguan mental bisa muncul di masa depan.

Peneliti di Amerika Serikat melihat data pada 153.848 orang yang pernah positif Covid-19 dan membandingkannya dengan lebih dari 56.000 orang yang tidak memiliki riwayat Covid. 

Hasil penelitian yang diterbitkan British Medical Journal ini menunjukkan penyintas Covid-19 berisiko mengembangkan masalah kesehatan mental.

Mulai dari kecemasan, depresi, gangguan tidur, penggunaan narkoba bahkan setelah satu tahun dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Vaksin Booster Setelah Positif Covid-19? Ini Kata Ahli

Penelitian ini mendukung temuan sebelumnya tapi dengan waktu yang lebih panjang, yakni melacak perubahan-perubahan yang terjadi selama 12 bulan.

Jika dibandingkan dengan kelompok orang yang belum pernah terinfeksi, penyintas Covid-19 menunjukkan risiko 60 persen lebih tinggi menderita gangguan mental atau memerlukan perawatan kesehatan mental dalam satu tahun terakhir.

Pada penelitian ditemukan adanya risiko kecemasan 35 persen lebih tinggi dan peningkatan risiko 39 persen mengalami depresi.

Sementara itu, presentase lebih kecil pada gangguan tidur sekitar 2,4 persen dan 0,4 persen dalam masalah penggunaan narkoba.

Risiko tertinggi dengan gangguan mental diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit.

Kendati demikian risiko tetap ada bagi yang dirawat atau isolasi mandiri di rumah.

"Banyak orang menghadapi perjuangan berat untuk membangun kembali kehidupan mereka," kata Dr Adrian James, Presiden di Royal College of Psychiatrists, dilansir dari Kompas.com.

Memantau pemulihan pasien secara aktif melalui program screen and treat setidaknya dapat membantu mereka mendapat perawatan kesehatan mental yang tepat.

"Pengobatan sangat penting, tapi sulit untuk saat ini. Sebab, kebanyakan orang kesulitan saat mengalami gangguan mental dan tidak mencari pertolongan," pungkasnya.

Baca Juga: Tekan Kasus Positif Covid-19, Nestlé Indonesia Dukung Percepatan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun 

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)