"Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho padahal, ini kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya kita kreatif," kata Presiden ke-5 RI itu.
Dinilai ceroboh
Pernyataan Megawati itu seketika menjadi kontroversi. Mega pun dinilai ceroboh dan tidak sensitif pada situasi sulit masyarakat akibat krisis minyak goreng.
"Komunikasi politik Bu Mega ini agak ceroboh karena pertama kondisi masyarakat sedang susah," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo, kepada Kompas.com, Minggu (20/3/2022).
Kunto menilai, gaya komunikasi Mega ini menunjukkan adanya diskrepansi atau gap yang besar antara elite politik dengan kalangan akar rumput.
Bahwa rupanya tak seluruh elite politik menganggap kisruh minyak goreng sebagai masalah prioritas, sementara bagi publik persoalan ini sangat mendasar.
Baca Juga: Penjelasan BMKG Soal Kemungkinan Kecil Hilal akan Terlihat pada 1 April 2022
"Ini yang harus menurut saya jadi problem. Berarti ada saluran komunikasi, saluran aspirasi dari bawah ke atas yang mandek," ujar Kunto.
Sementara, memandang ini, peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai bahwa pernyataan Mega tak sesuai dengan klaim PDI-P sebagai partai rakyat kecil.
Di tengah kisruh yang tak kunjung usai, minyak merupakan komoditas penting bagi rakyat. Tidak sedikit dari mereka memiliki usaha kuliner, seperti tukang gorengan, sehingga sangat membutuhkan minyak.
"Apa yang disampaikan oleh Ibu Mega tidak sesuai sekali dengan apa selama ini dibanggakan oleh PDI Perjuangan partai wong cilik," katanya kepada Kompas.com, Jumat (18/3/2022).
Demo masak direbus