Pekerjaannya sebagai asisten videografer dan fotografer sangat bergantung pada permintaan, sementara ia harus menghidupi istri dan dua orang anaknya.
Pandemi menjadi pukulan keras baginya. Bisa dibilang, jasa videografer dan fotografer hampir tidak ada karena PPKM. Belum lagi musibah banjir yang membuatnya semakin terpuruk.
Walhasil, apapun ia lakukan untuk menyambung hidup, hari demi hari. Mulai dari jualan kerupuk dan gorengan yang ia jajakan dengan motor hingga menjadi tukang cat.
Lantas, apa yang membuat Jaenal bertahan hingga saat ini? Hanya modal percaya dan yakin.
"Karena rasa tanggung jawab saya sebagai pemimpin keluarga, lalu didukung istri dan kedua putra saya, saya termotivasi untuk tetap berjuang di situasi yang tidak jelas ini."
"Tak peduli harus jadi tukang cat atau tukang gorengan, yang penting, usaha dulu aja," ucap Jaenal Arifin.
Baca Juga: Salah Kaprah Healing, Bukan Cuma Refreshing yang Bikin Overthinking
Edoardo: Membangun Kembali Puing-puing Mimpi dari Lempeng Besi
Bisa dibilang usaha pusat kebugaran yang dirintis Edoardo sudah cukup mapan.
Tapi, pandemi tidak hanya berdampak bagi mereka yang berada di bawah, karena orang seperti Edo juga kena imbasnya.
PPKM membuatnya harus menutup pusat kebugaran yang dimilikinya. Otomatis tidak ada penghasilan, karyawan-pun di-PHK, alat-alat gym dijual. Aturan PPKM yang tidak menentu membuatnya semakin terpuruk.