NOVA.id - Tanggal 23 Juli setiap tahunnya Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN).
Momentum ini tidak hanya sekedar perayaan hak-hak anak, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk refleksi dan evaluasi tentang capaian dan tantangan upaya pemenuhan hak anak di Indonesia.
Tema Hari Anak Nasional 2022, Anak Terlindungi, Indonesia Maju, juga menggambarkan tentang pentingnya upaya pemulihan pasca pandemi dan membangun ketangguhan anak.
Sejalan dengan tema HAN 2022, Save the Children Indonesia mendorong pentingnya pemenuhan hak-hak anak yang berfokus pada membangun ketahanan atau resiliensi anak dan keluarga.
Terutama mereka yang paling terdampak situasi buruk krisis iklim dan pandemi COVID-19.
Langkah ini dilakukan secara strategis dengan menyelenggarakan Pekan Berpihak Pada Anak yang dilaksanakan pada 22–28 Juli 2022.
Pekan Berpihak pada Anak adalah agenda tahunan Save the Children Indonesia untuk berbagi pembelajaran dan praktik baik dari berbagai tematik program.
Tema tahun ini adalah Membangun Generasi Muda Iklim yang mendorong pentingnya pemenuhan hak-hak anak dengan fokus pada pembangunan resiliensi atau ketahanan anak dan keluarga, terutama mereka yang paling terdampak situasi buruk krisis iklim dan pandemi COVID-19.
Melalui rangkaian acara sepanjang 22-28 Juli 2022, kami berupaya menyuarakan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan Save the Children Indonesia bersama para mitra, anak-anak, dan orang muda.
Baca Juga: Liburan ke Eropa, Keluarga Nana Mirdad dan Andrew White Terdampak Heat Waves
Terdapat diskusi dalam 8 sesi webinar, 4 talkshow di radio jaringan KBR, 1 diskusi media, dan 1 sesi live di Instagram pada link berikut: savethechildren.or.id/pekananak2022
"Krisis iklim juga merupakan krisis pada hak-hak anak. Anak-anak menanggung beban berat dari dampak krisis iklim."
"Untuk itu penting agar upaya pemenuhan hak anak juga menyasar pada membangun ketahanan dimulai dari peningkatan kesadaran tentang aksi adaptasi krisis iklim, mendukung ekonomi keluarga, memastikan layanan dasar kesehatan pada anak terpenuhi, mendapat perlindungan sosial, serta hak pendidikan anak," jelas Troy Pantouw / Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media.
Krisis iklim mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak dalam berbagai bentuk.
Di bidang kesehatan, data Kementerian Kesehatan tentang Data & Informasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor Kesehatan 2021 menjelaskan bahwa penyakit yang berkaitan dengan salah satunya perubahan iklim yaitu, diare, pneumonia, infeksi saluran pernafasan akut, serta beberapa masalah gizi seperti stunting dan underweight.
Kemampuan anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan dampak krisis iklim juga terbatas, salah satu alasannya karena pengetahuan, serta minimnya informasi dan pendampingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penting untuk memprioritaskan peningkatan kapasitas adaptasi anak dan keluarga serta memenuhi kebutuhan paling utama pada keluarga yang paling terdampak.
"Harapan kami, pemerintah dapat membuka ruang dialog bersama anak agar upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat membuahkan keadilan iklim yang ramah anak."
"Anak perlu dilibatkan dalam ruang-ruang diskusi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan agar terwujud kebijakan yang ramah anak dan berpihak pada anak,” tegas Kahfi / 17 Tahun / Child Campaigner – Save the Children Indonesia.
Baca Juga: Cuaca Tak Menentu, Kenali 2 Jenis Heat Stroke dan Penangan Pertamanya
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)