NOVA.id - Kasus dugaan KDRT yang dialami Lesti Kejora kini menjadi perhatian publik.
Berkaca dari kasus Lesti Kejora, apabila teman atau kenalan kita menjadi korban KDRT, apa yang harus kita lakukan?
Bagaimana cara membantu korban KDRT?
Saat mengetahui teman kita menjadi menjadi korban KDRT, kita mungkin merasa bingung untuk membantu.
Kita mungkin takut tindakan atau pertolongan kita malah membuat dia terganggu atau tersinggung.
Namun, jangan biarkan rasa takut itu menghalangi kita untuk membantu korban KDRT.
Sahabat NOVA bisa perhatikan beberapa hal berikut ini, jika ingin menolong korban KDRT, seperti yang dilansir dari Very Well Mind.
1. Luangkan waktu
Jika kita memutuskan untuk membantu korban KDRT, lakukanlah pada saat tenang.
Terlibat ketika emosi sedang membara dapat menempatkan kita dalam bahaya. Selain itu, pastikan kita menyisihkan banyak waktu, jika dia ingin bercerita kepada kita.
Apabila dia memutuskan untuk mengungkapkan rasa takut dan frustrasi yang terpendam selama bertahun-tahun, jangan sampai Sahabat NOVA tidak ada di sisinya.
Baca Juga: Cara Mengatasi Trauma Akibat KDRT, 4 Hal Ini Penting Dilakukan
2. Mulai Percakapan
Kalau bingung mau ngomong apa, Sahabat NOVA bisa mengangkat topik KDRT dengan mengatakan "Aku mencemaskan mu karena ...", atau "Aku khawatir tentang keselamatanmu ...", atau "Aku telah melihat beberapa perubahan pada mu, seperti...".
Perhatikan hal-hal kecil yang bisa dijadikan sebagai topik pembicaraan.
Korban KDRT mungkin saja mengenakan pakaian untuk menutupi memar atau luka. Perhatikan pula, bisa saja dia menjadi pendiam dan menarik diri.
Nah, keduanya bisa menjadi tanda dia mengalami KDRT.
Penting juga untuk memberi tahu bahwa dia bisa mempercayai kita karena dapat menjaga rahasia.
Namun, jangan pernah mencoba memaksa dia untuk terbuka. Sebaliknya, biarkan percakapan berlangsung natural dengan kecepatan yang nyaman.
Intinya, lakukan perlahan. Biarkan dia menyadari bahwa kita memang benar-benar ada untuknya.
3. Dengarkan Tanpa Menghakimi
Jika orang tersebut memutuskan untuk berbicara, dengarkan ceritanya tanpa menghakimi, menawarkan nasihat, atau menyarankan solusi.
Dengan tidak melakukan hal tersebut, dia akan memberi tahu kita dengan tepat apa yang mereka butuhkan.
Baca Juga: Dialami Lesti Kejora, Ini 5 Hal yang Harus Dilakukan Saat Mengalami KDRT
Alih-alih menghakimi, lebih baik biarkan dia berbicara sepuasnya untuk mengungkapkan isi hatinya.
Sahabat NOVA sebenarnya bisa aja mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi yang terpenting adalah biarkan dia melampiaskan perasaan dan ketakutannya.
4. Kenali Tanda KDRT
Banyak korban mencoba menutupi tindak kekerasan karena berbagai alasan.
Oleh sebab itu, penting bagi kita mempelajari tanda KDRT untuk bisa segera membantu sang korban.
Tanda KDRT fisik:
- Mata hitam
- Bibir pecah-pecah
- Tanda merah atau ungu di leher
- Pergelangan tangan terkilir
- Memar di lengan
Tanda KDRT dari sisi emosional korban:
- Tingkat percaya diri yang rendah
- Terlalu menyesal
- Takut
- Perubahan pola tidur atau makan
- Cemas atau gelisah
- Penyalahgunaan zat
- Gejala depresi
- Kehilangan minat pada aktivitas dan hobi yang dulu dinikmati
- Berbicara tentang bunuh diri
Tanda KDRT dari sisi perilaku korban:
- Menarik diri atau menjauh
- Membatalkan janji atau rapat pada menit terakhir
- Sering terlambat
- Privasi yang berlebihan mengenai kehidupan pribadi mereka
- Mengisolasi diri dari teman dan keluarga
Baca Juga: Bikin Prank Soal KDRT, Baim Wong dan Paula Ramai Dikecam Netizen
5. Percaya Kepadanya
Dalam banyak kasus, seringkali korban merupakan satu-satunya orang yang melihat sisi gelap pelaku KDRT.
Dan seringkali, orang lain tak percaya bahwa pelaku bisa melakukan kekerasan tersebut.
Akibatnya, korban sering merasa tidak akan ada orang yang percaya dengan apa yang dia alami.
Jika dia bercerita kepada Sahabat NOVA terkait KDRT yang dialami, pastikan kita mempercayainya dan katakanlah demikian kepadanya.
Bagi korban, memiliki seseorang yang tahu kebenaran tentang perjuangan mereka dapat membawa rasa harapan dan kelegaan.
Sahabat NOVA bisa mengatakan hal ini, "aku percaya kamu", "ini bukan salahmu", "kamu tidak pantas mendapatkan ini".
6. Validasi Perasaan Korban
Bukan hal yang aneh, jika korban KDRT sering bingung untuk mendefinisikan perasaannya.
Seringkali korban KDRT akan memiliki pemikiran atau perasaan yang bertentangan seperti rasa bersalah dan marah, harapan dan keputusasaan, maupun cinta dan ketakutan.
Jika ingin membantu, penting bagi kita untuk memvalidasi perasaannya dengan memberi tahu dia bahwa memiliki pemikiran yang saling bertentangan, dan ini adalah hal yang normal.
Baca Juga: Reaksi Keluarga Lesti Kejora Usai Kabar KDRT, Ancaman Rizky Billar Terungkap
Tetapi penting juga bagi kita untuk memastikan bahwa kekerasan tidak boleh dilakukan, dan tidak normal untuk hidup dalam ketakutan akan diserang secara fisik.
Beberapa korban mungkin tidak menyadari bahwa situasi mereka tidak normal.
Sebagai teman, coba beritahu dia bahwa kekerasan bukanlah bagian dari hubungan yang sehat.
Tanpa menghakimi, konfirmasikan kepadanya bahwa situasi yang dia hadapi itu berbahaya, dan kita mengkhawatirkan keselamatannya.
7. Tawarkan Dukungan Khusus
Bantu korban menemukan dukungan dan sumber daya.
Cari nomor telepon untuk tempat penampungan, layanan sosial, pengacara, konselor, atau kelompok pendukung.
Jika korban meminta kita melakukan sesuatu yang spesifik dan kita bersedia melakukannya, jangan ragu untuk membantu.
Namun, jika kita tidak mampu, cobalah mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Yang penting adalah memberi tahu kita ada untuknya, tersedia kapan saja.
Jika memungkinkan, tawarkan untuk memberikan dukungan moral kepada polisi, pengadilan, atau kantor pengacara.
Baca Juga: 5 Tanda Pasangan Berpotensi Jadi Pelaku KDRT, Bisa Dikenali Sejak Pacaran
8. Bantu Membuat Rencana Keamanan
Bantu korban membuat rencana keamanan yang dapat diterapkan jika kekerasan terjadi lagi atau jika dia memutuskan untuk meninggalkan situasi tersebut.
Dengan cara ini, korban KDRT bisa memvisualisasikan langkah-langkah mana yang diperlukan dan mempersiapkan diri secara psikologis untuk melakukannya.
Sangat penting bagi korban untuk memiliki rencana keselamatan pribadi sebelum krisis terjadi atau sebelum mereka memutuskan untuk pergi.
Pastikan untuk menyertakan hal berikut dalam rencana keselamatan:
- Tempat yang aman untuk pergi dalam keadaan darurat, atau jika dia memutuskan untuk meninggalkan rumah
- Alasan yang disiapkan untuk pergi jika korban merasa terancam
- Kata kode untuk mengingatkan keluarga atau teman bahwa bantuan diperlukan
- Sebuah "tas pelarian" dengan uang tunai, dokumen penting (akta kelahiran, kartu jaminan sosial, dll), kunci, perlengkapan mandi, dan pakaian ganti yang dapat dengan mudah diakses dalam situasi krisis
- Daftar kontak darurat, termasuk keluarga atau teman tepercaya, tempat penampungan lokal, dan hotline kekerasan dalam rumah tangga
Yang Tidak Perlu Dilakukan Saat Membantu Korban KDRT
Sahabat NOVA lebih baik tidak melakukan hal ini agar tidak memperburuk situasi.
Jangan...
- Pukul pelakunya..
- Salahkan korban. Itulah yang dilakukan pelaku.
- Meremehkan potensi bahaya bagi korban dan diri kita sendiri.
- Janjikan bantuan apa pun yang tidak dapat kita tepati.
- Memberi dukungan dengan syarat.
- Memprovokasi pelaku.
- Menekan korban.
- Menyerah. Jika mereka tidak mau terbuka pada awalnya, bersabarlah.
Kapan Harus Menelepon Polisi?
Baca Juga: Podcast Denny Sumargo Kembali Viral, Disebut Sudah Ramalkan Kasus Rizky Billar
Jika mendengar atau melihat kekerasan fisik terjadi, hubungi polisi. Polisi adalah cara paling efektif untuk menghilangkan bahaya langsung bagi korban dan anak-anaknya.
Tidak ada situasi di mana anak-anak harus dibiarkan dalam situasi kekerasan.
Lakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan keselamatan aank-anak, bahkan jika itu berarti bertentangan dengan keinginan korban atau pelaku.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)