Rencana Label BPA di Galon, Ternyata Belum ada Bukti Minum Air dari Galon Guna Ulang Berdampak pada Kesehatan

By Annisa Octaviana, Senin, 3 Oktober 2022 | 14:02 WIB
Air minum kemasan merek Aqua dipalsukan di Cilegon. (serts)

NOVA.id – Rencana pelabelan Bisfenol A (BPA) pada air mineral kemasan galon guna ulang tengah ramai dibicarakan publik.

Pasalnya belakangan ini, muncul polemik seputar Bisfenol A (BPA) yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan, bahkan kanker, dan gangguan hormonal seperti kemandulan.

Namun sejauh ini belum ada riset konklusif terkait dampak BPA terhadap kesehatan, dan belum ada riset yang relevan dengan kondisi di Indonesia.

BPA sendiri adalah zat yang terdapat dalam kemasan, biasanya kaleng atau plastik. Fungsinya untuk memperkuat daya tahan kemasan sehingga bisa digunakan ulang. Komposisi BPA dalam wadah atau kaleng ini sangat kecil, dan tidak mudah untuk terurai.

Sejumlah badan kesehatan terkemuka dari seluruh dunia (termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Standar Makanan Australia Selandia Baru), menyatakan bahwa paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan atau masalah keselamatan bagi orang-orang dari segala usia (termasuk anak yang belum lahir, bayi, dan wanita hamil).

Sayangnya, narasi terkait dengan pengaruh BPA pada kesehatan belum banyak dipaparkan oleh para ahli.

“Sampai saat ini belum ada buktinya. Tidak cukup data untuk menyatakan BPA ini menyebabkan kanker. Kita perlu mengumpulkan data yang lebih banyak lagi dalam beberapa tahun ke depan sampai kita benar-benar yakin tentang hal ini,” tegas Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM, Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

Prof. Aru menambahkan, alih-alih BPA, penyakit kanker lebih banyak disebabkan oleh 3 faktor yang berkaitan dengan gaya hidup dan ini sudah dibuktikan melalui bukti ilmiah yang sahih yaitu pertama, overweight atau obesitas, gaya hidup kurang olahraga, dan pola makan tidak sehat.

Selain tiga faktor tersebut, faktor lain seperti zat kimiawi dari lingkungan pengaruhnya sangat kecil hanya sekitar 2%.

Baca Juga: Dialami Lesti Kejora, Ini Pertolongan Pertama pada Cedera Kepala

 

“Isu rokok lebih penting dikaitkan dengan kanker dibandingkan BPA. Sekali lagi, masih ada konflik data terkait BPA menyebabkan kanker,” jelas Prof. Aru.