NOVA.id - Salama ini kita sering kali diberikan wejangan untuk menerima pasangan apa adanya.
Katanya, sih, cintanya belum tulus kalau masih belum bisa menerima pasangan apa adanya.
Padahal, Tulus sang penyanyi, dalam lirik lagunya menuliskan, Jangan cintai aku apa adanya, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.
Nah, lho, jadi mana yang lebih tepat, terima pasangan apa adanya atau tidak terima apa adanya?
Ya, sejak dulu kita sudah tidak asing dengan pemahaman bahwa cinta yang tulus adalah menerima pasangan apa adanya. Enggak salah, memang.
Baca Juga: Cek Ponsel Suami Bisa Picu Pertengkaran, Bagaimana Jika Penasaran?
Hanya saja, sering tidak disadari bahwa hal tersebut ternyata bisa membuat sebuah hubungan tidak berkembang alias jalan di tempat.
Menurut Pamela Anggia Dewi, M.Psi. Psikolog, “Relasi yang sehat adalah relasi yang bertumbuh bersama, di mana setiap individu bisa bertumbuh bersama menjadi lebih baik.”
Sedangkan dengan menerima pasangan apa adanya, disadari atau tidak sering kali kita tidak memberikan kesempatan kepada pasangan untuk berkembang menjadi lebih baik.
“Padahal bagian dari tumbuh bersama, membangun, dan menghargai pasangan ini salah satunya dengan saling support untuk saling mengembangkan diri. Jadi perlu juga untuk support, mendorong pasangan untuk maju,” ujar Pamela.
Baca Juga: Bermesraan dengan Pasangan di Depan Anak, Boleh Enggak, sih?
Hubungan Hambar
Dalam konteks pernikahan, sebuah hubungan tentu memiliki visi dan misi.
Misal, tujuan dari pernikahan ini untuk beribadah, membangun kehidupan bersama yang sejahtera, bahagia, dan langgeng hingga maut memisahkan.
Tentunya semua itu tidak bisa dicapai dengan mudah, sehingga dalam menjalaninya kita dan pasangan dituntut untuk terus belajar setiap harinya, agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Jika tidak mau berproses berubah dan pasrah menerima apa yang ada, bukan tidak mungkin, hubungan akan terasa lebih cepat membosankan dan hambar.
Karena tidak ada hal yang dituju di dalamnya. Karena seiring berjalannya waktu, perasaan bosan itu pasti hadir.
Baca Juga: Rahasia Hubungan Intim Tetap Membara Meskipun Sudah Lama Menikah
Sebaliknya, dengan memiliki tujuan dan mengembangkan diri, Anda dan pasangan selalu memiliki alasan untuk saling jatuh cinta kembali.
Jadi enggak ada salahnya bila kita memiliki ekspektasi tertentu kepada pasangan, kita mengomunikasikannya kepada dia.
Misal, Anda ingin pasangan lebih romantis atau ingin pasangan Anda bisa belajar mengemudikan mobil agar tidak harus selalu tergantung pada sopir. Maka, kemukakanlah kepadanya.
Jangan sampai Anda menerima pasangan apa adanya, tapi dalam hati memendam kesal karena memiliki keinginan atau harapan yang tak terpenuhi.
Ya, bagaimana mau terpenuhi, kalau Anda tak pernah menyampaikan.
Baca Juga: Kiat Jalin Cinta dengan Duda Beranak Remaja, Tak Cukup dengan Cinta
“Dengan catatan, tentu harus dibedakan apakah kita men-support dia untuk maju atau mengembangkan diri ini, memang betul-betul (karena) kita rindu tumbuh bersama, kita ingin berkembang, atau karena saya ingin memaksakan kehendak kita,” kata Pamela.
Jadi boleh saja menuntut, asal tujuannya memang untuk sama-sama bertumbuh, bukan karena semata-mata untuk memuaskan keinginan pribadi.
Apalagi kalau kita tahu pasangan kita tak sanggup melakukannya.
Pada akhirnya, menurut Pamela, menerima apa adanya ini memang perlu dilihat dari dua sisi.
Menerima dalam arti menerima pasangan seutuhnya, dengan kelebihan, kelemahan, termasuk dengan segala hal yang masih perlu ia kembangkan.
Baca Juga: Hati-Hati Trust Issue, Ini 5 Cara Mengatasi Rasa Curiga yang Lebay
“Menerima juga satu paket dengan apa yang sudah terjadi di hidupnya di masa lalu, termasuk juga menerima harapan-harapannya. Dan tidak menghakimi pasangan dengan apa yang sudah terjadi di masa lalunya dan tentang apa yang menjadi hal-hal yang masih ia kembangkan dan perbaiki,” pungkasnya.
Jadi, benar juga apa yang dikatakan Tulus dalam lirik lagunya, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan.
Dampak Menerima Apa Adanya
- Secara relasi dan individu bisa tidak berkembang.
- Semangat untuk menjadi lebih baik bisa jadi rendah.
- Hubungan berpotensi jalan di tempat dan membosankan. (*)