NOVA.id - Kehilangan suami, baik secara cerai hidup maupun cerai meninggal tentunya membuat seorang perempuan sedih.
Memang menghadapi perceraian hidup bukanlah hal yang mudah untuk dilewati, terlebih jika sebelum bercerai harus melalui fase bertengkar atau semacamnya.
Tentu bercerai adalah pilihan terakhir sebagai solusi ketika pilihan lainnya sudah tidak bisa lagi untuk dijalani.
Namun, apasih yang harus seorang perempuan lakukan ketika menghadapi situasi perceraian tersebut?
Hal itu pun dijawab oleh Rininda Mutia, M.Psi., Psikolog yang merupakan Psikolog Klinis dan Co-Founder Amanasa saat melakukan Live Instagram bersama NOVA beberapa waktu lalu.
Menurut Rininda, langkah yang paling utama dilakukan seorang perempuan pasca menghadapi perceraian, yakni penuhi kebutuhan diri sendiri dulu.
"Penuhi kebutuhan diri sendiri dulu, kadang-kadang kita langsung fokus ke anak, misal, aduh aku cerai atau ayahnya meninggal, ini saya harus ngomong apa sama anak, nggak ada waktu bersedih buat kita. Padahal yang namanya kehilangan mau itu cerai hidup atau cerai mati, pasti ada dukanya," papar Rininda.
Menurut Rininda, sebuah duka itu memang harus dilewati agar bisa menjalani kehidupan selanjutnya.
"Izinkan kita untuk melewati fase duka itu, satu-satunya cara agar duka itu berlalu yang harus dilewati, nggak bisa diskip misal langsung, nggak ada waktu untuk bersedih, aku harus langsung kuat, itu biasanya akan ada bocor sedikit-sedikit entah jadi emosional, misal marah sama mantan suami tapi melihat anak mirip suami, jadi dilampiasinnya ke anak," tambahnya lagi.
Lebih lanjut, Rininda mengatakan jika seorang perempuan harus memberi pertolongan utama untuk diri sendiri terlebih dahulu, sebelumnya memberikan itu untuk orang lain.
"Untuk itu butuh banget waktu untuk memproses diri sendiri dulu karena ya konsep kita memberi pertolongan itu ya tolong diri kita sendiri dulu, baru tolong orang lain meskipun itu anak kita.
Jadi penuhi kebutuhan diri sendiri dulu, izinkan diri untuk berduka dan memproses luka, emosi yang ada, dan memang saat itu butuh sekali support system. Karena kita nggak mungkin menghadapinya sendiri ketika overwhelmed karena biasanya perceraian atau kematian seorang pasangan pasti meninggalkan duka di dalam seorang ibu," tandasnya. (*)