Sehingga gaya misionaris masih bisa dilakukan di trimester awal.
"Embrio dilapisi oleh cairan ketuban di sekitarnya, yang menahan bayi dan bertindak sebagai peredam kejut," kata Dr Betsy Greenleaf.
“Uterus atau rahim masih berada di dalam rongga panggul. Tulang melindungi rahim, sehingga setiap tekanan pada perut wanita dari posisi seksual ini akan ditutupi oleh jaringan lemak dari mons pubis dan tulang kemaluan bertindak sebagai pelindung,” tambahnya.
Apabila sudah masuk trimester kedua, gaya misionaris masih bisa dilakukan, namun harus mempertimbangkan beberapa hal.
Karena, selama periode ini, calon ibu mulai merasa tidak nyaman menahan pasangan di atasnya. Walau begitu, janin masih dilindungi oleh kantung otot dan cairan ketuban.
Begitu memasuki trimester ketiga, gaya misionaris harus dihindari terlebih dahulu.
Jika ibu hamil berada di posisi bawah, ini berisiko memberikan tekanan pada vena cava dan berisiko mempengaruhi aliran darah.
"Selama periode ini, ketika seorang wanita berbaring telentang, berat rahim dapat menekan vena cava, vena utama yang mengalirkan darah kembali ke jantung."
"Tekanan dan penurunan aliran darah ini dapat menyebabkan ibu pingsan, selanjutnya mempengaruhi aliran darah. Jika aliran darah ibu terpengaruh, aliran darah ke rahim dan bayi juga terpengaruh, dan ini bisa berbahaya,” kata Dr Betsy Greenleaf.
Menurut Dr Betsy Greenleaf, calon ibu bisa mencoba posisi di atas sementara pasangan berada di bawah atau dikenal dengan nama posisi Woman on Top.
Ya, pada dasarnya melakukan hubungan intim selama kehamilan adalah hal yang aman dan sehat meski kita harus konsultasi terlebih dahulu ke dokter dan tetap saling komunikasi dengan pasangan.
Baca Juga: Kondom Bocor saat Hubungan Intim dengan Pasangan Bisa Bikin Hamil?