Baca Juga: Festival Mimpi Ibu 2023, Ibu Punya Mimpi Gandeng 20 Komunitas Pemberdaya
“Karena tarian Indonesia merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Aku ingin bisa belajar banyak tarian Indonesia sebagai wujud melestarikan budaya Indonesia,” ucapnya tersenyum.
Hingga saat ini, ada 13 tarian yang dikuasai Kalya.
Sebut saja Tari Yospan dari Papua, Tari Enggang dari Kalimantan Timur, Tari Kembang Kipas, Tari Lenggang Nyai, Tari Topeng, Tari Kite Satu, Tari Dewangga dari Betawi, lalu Tari Piring dari Sumatera Barat, Tari Marpangir dari Sumatera Utara, Tari Tifa dari Nusa Tenggara Timur, Tari Giring Giring dari Kalimantan Tengah, Tari Ratoh Jaroe dari Aceh, hingga Tari Lancang Kuning dari Riau.
“Untuk menguasai satu tarian dibutuhkan waktu satu bulan untuk belajar tari kategori solo dan kurang lebih 2-3 bulan untuk belajar tari grup karena butuh waktu yang lebih lama untuk belajar kekompakan,” ucapnya.
Karena telah menekuni dunia tari selama 9 tahun, telah banyak prestasi yang diraih Kalya.
“Untuk tingkat nasional sekitar 17 piala dan dan ada 5 piagam penghargaan untuk tingkat internasional, baik tarian kategori solo maupun grup,” tuturnya.
Dari semua prestasi yang telah diraih Kalya, kompetisi apa yang paling berkesan?
Yang paling berkesan saat ikut lomba di Wales, United Kingdom tahun 2019 di ajang Llangollen International Musical Eisteddfod, kategori folkdance.
“Ini kali pertama aku ikut kompetisi internasional dan meraih juara 2 bersama teman teman dari Gema Citra Nusantara. Saat itu, usiaku 9 tahun,” imbuh Kalya.
Selain prestasi di atas, dalam beberapa tahun terakhir banyak prestasi yang diraih Kalya.
Untuk kompetisi kategori solo, Kalya telah meraih Winning the 1st Prize ‘Portugal Art Carnival’, Category Solo Folk Dance di Portugal.