NOVA.id - Tulisan Konsultasi Psikologi ini merupakan surat kiriman pembaca NOVA yang dijawab oleh psikolog Rieny Hassan.
Sungguh bangga aku diterima bekerja sebagai guru di sekolah ternama. Tapi bila harus bicara di depan umum, aku langsung ciut. Aku harus bagaimana?
TANYA
Bu Rieny Yth,
Selama ini saya adalah “silent reader”-nya Bu Rieny. Saya membaca NOVA milik ibu sejak saya masih di bangku SMP. Lanjut terus sampai saya menulis surel ini ke Bu Rieny.
Saya sedang dalam keadaan bingung, tapi juga merasa beruntung karena diterima bekerja sebagai guru di sekolah yang cukup ternama di kota kelahiran saya.
Ini tidak sejalan dengan kuliah saya, karena saat memilih jurusan dulu, saya ingin menjadi explorer yang bekerja di hutan atau tepi pantai.
Masa mahasiswa saya banyak diisi kerja lapangan dengan teman-teman yang dominan laki-laki, sehingga tidak terlalu peduli juga dengan keinginan untuk tampil rapi, apalagi wangi.
Sehari-hari tidak lepas dari jeans dan T-shirt saja, serta pakaian seragam untuk kerja lapangan.
Menurut HRD-nya, saya akan mengikuti serangkaian pelatihan untuk dapat dipercaya mengajar di kelas. Ini pun masih tandem dengan guru senior sampai saya benar-benar dianggap layak dan kompeten.
Dari sisi keilmuan…
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Saya Cantik, Pintar, tapi Lajang dan Kesepian
Dari sisi keilmuan rasanya saya tidak risau. Tanpa bermaksud sombong, saya hampir tak pernah mengalami kesulitan berarti di sekolah maupun di bangku kuliah.
Hanya saja, kalau urusannya sudah menyangkut hubungan dengan banyak orang, saya memang lebih memilih jadi pemerhati saja.
Tak tahu kenapa Bude (eh boleh, ya, memanggil Bude), saya ini sebenarnya di dasar hati adalah orang yang tidak pede (percaya diri, red.).
Saya suka membaca dan mencari tahu hal-hal baru, tapi saat harus cerita, saya kehilangan kata-kata. Maka pilihan saya adalah diam dan memerhatikan.
Nantinya saya bisa atau tidak menguasai kelas ya, Bude? Saya ingin agar bisa tampil lebih pede, bisa mentransfer apa yang saya ketahui ke murid-murid.
Apakah ada yang harus saya latih agar saat mulai bekerja di tahun ajaran yang akan datang, saya sudah lumayan pede di depan murid-murid?
Bantu saya ya, Bude, bagaimana dan dari mana saya harus memulai menghilangkan perasaan-perasaan tidak mampu tampil pede ini. Terima kasih dan salam hormat.
Astuti – di Jawa Tengah
JAWAB
Ananda Astuti,
Saya terlalu tua atau tidak, ya,…
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Istriku Gangguan Mental, Bobotku Turun 7 Kg
Saya terlalu tua atau tidak, ya, untuk jadi bude-nya Astuti? Tapi kalau jadi eyang, jangan dulu deh, ya, maunya muda terus ya saya ini.
Saran pertama buat nanda adalah jangan mencoba menjadi orang lain.
Sebenarnya, pola pikir nanda Astuti sudah solutif, mengarah pada penyelesaian masalah, karena Anda sudah berhasil membuat peta-nya dengan baik.
Masalah Anda muncul bila harus bicara di depan banyak orang.
Lalu melalui proses introspeksi diri, Astuti mampu menengarai bahwa Anda punya hambatan tersendiri bila bertemu banyak orang, apalagi bicara di depan mereka.
Berlatih dan Mengevaluasi Diri
Memang benar, bila dapat mengatasi sumber masalah, Astuti akan lebih cepat bisa mengurangi, bahkan menghilangkan kerugian-kerugian sebagai akibat adanya sumber masalah tadi.
Ketika rasa percaya diri nantinya makin menguat, maka yang harus Anda lakukan hanyalah tidak jemu berlatih, mengevaluasi diri, dan meminta pendapat mentor Anda.
Sejalan dengan bertambahnya jam terbang, Anda akan makin tahu pula situasi-situasi yang harus diwaspadai agar tidak membuat kelancaran verbalisasi jadi terganggu.
Kuncinya: Persiapan
Untuk masalah apa pun…
Untuk masalah apa pun terkait dengan performa atau tampilan sesuai tuntutan pekerjaan, maka kunci utama untuk membangun rasa percaya diri menyelesaikan pekerjaan adalah: persiapan.
Bila bicara persiapan, ini mencakup perencanaan yang jelas, apa yang akan dilakukan selama bekerja.
Tiap hari Anda datang ke tempat kerja, jangan pernah tanpa gambaran yang jelas di benak Anda, bagaimana urutan kerja akan dilakukan.
Pastikan Anda menguasai step by step yang akan dilakukan. Dengan sendirinya Anda punya kendali atau kontrol diri yang terpelihara.
Musuh yang menyebabkan ambruknya rasa pede di saat bekerja adalah ketika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik.
Ketika Astuti tahu dan benar-benar punya gambaran apa yang akan dilakukan di hari kerja ini, maka rasa percaya diri akan tumbuh dan membuat Anda nyaman.
Membuat Diri Nyaman dan Bahagia
Akan lebih baik lagi bila Anda juga merasa bahagia karena melakukan apa yang memang Anda yakini sebagai sesuatu yang layak dilakukan.
Hanya orang yang sudah bisa merasa nyaman dengan dirinya sendiri-lah yang akan mampu membuat orang lain nyaman dengan dirinya.
Cara termudah membuat orang lain merasa nyaman adalah dengan bersikap ramah dan santun di segala kesempatan, pada semua orang yang kita temui. Ramah tidak berarti bawel, ya.
Ekspresi wajah yang mengundang…
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Kupikir Sibuk, Ternyata Pacarku Menikahi Perempuan yang Dihamilinya
Ekspresi wajah yang mengundang murid untuk mau berinteraksi dengan Anda, senyum, dan tidak berkomentar terhadap hal-hal yang memang tak perlu dikomentari atau dinilai, akan membuat murid Anda cepat terhubung dengan Anda.
Mengapa? Karena bila Anda aktif memulai sikap positif, anak-anak akan merasa bahwa Anda menerima dirinya.
Acceptance atau penerimaan adalah kunci meraih kepercayaan remaja seusia SMP.
Di mana-mana, di rumah, di kelas, anak-anak remaja sudah sangat sering mendengar nasihat, penilaian, juga kecaman orang tua dan orang dewasa di sekitarnya.
Jadilah sosok yang terasa “bebas nilai”. Bukan berarti tanpa aturan, melainkan tidak tergesa-gesa bersikap positif.
Bila hal-hal ini Anda jalankan saat mulai mengajar nantinya, Anda akan menemukan bahwa rasa nyaman di diri mereka menyebabkan proses belajar juga berlangsung lebih optimal.
Bukankah guru galak yang membuat murid mengkerut ketakutan malah akan menyebabkan murid sukar menangkap pelajaran?
Mudah-mudahan sampai di sini Anda makin yakin bahwa tampil percaya diri akan terbangun justru saat kita tidak sibuk memikirkan diri sendiri.
Melainkan justru saat Anda sudah selesai dengan rasa-rasa tidak nyaman di dalam diri dan mampu fokus mengembangkan sikap positif yang akan “memancar” ke orang-orang yang berinteraksi dengan Astuti.
Berharap bahwa orang lain akan mengatur cara bicaranya, cara dia melihat Anda, cara dia menjawab pertanyaan ibu guru, dengan tujuan untuk membuat Anda jadi pede, adalah pemikiran yang kurang tepat.
Rasa nyaman dan bahagia adalah…
Baca Juga: Konsultasi Psikologi: Aku Jatuh Hati Sampai Insomnia dan Tersiksa, tapi Dia Cuek Saja
Rasa nyaman dan bahagia adalah milik kita sendiri. Itu adalah hasil dari pilihan yang Anda ambil.
Anda mau bahagia atau mau terus-menerus merasa tidak nyaman dan banyak kekurangan atau malah terancam oleh lingkungan?
Terus Gali Potensi Diri
Satu lagi, unsur pembangun rasa percaya diri yang merupakan PR sepanjang kita hidup adalah berupaya terus menerus menggali potensi diri agar makin banyak sisi positif yang kita kenali.
Hal ini perlahan akan membuat keyakinan kita akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam diri, akan terkikis.
Sekali lagi, ingatlah menjadi bahagia adalah hal yang penting untuk diraih dan Anda putuskan sendiri.
Setelahnya barulah Anda refleksikan energi positif yang muncul saat Anda bahagia ke orang-orang di lingkungan Anda, terutama murid-murid Anda.
Mudah-mudahan bermanfaat, ya, ananda Astuti. Salam hangat.(*)