Banyak Anak Tertular Hepatitis B, Ini Cara Penularan dan Pencegahannya

By Annisa Octaviana, Rabu, 17 Mei 2023 | 16:02 WIB
Penularan Hepatitis B dari ibu hamil kepada bayinya jadi penyebab terbesar di Indonesia. (Dok. iStock)

NOVA.id – Penularan penyakit Hepatitis B pada anak Indonesia disebut sangat tinggi.

Dilansir dari laman Kemkes, penularan Hepatitis B dari ibu hamil kepada bayinya jadi penyebab terbesar penyakit Hepatitis B di Indonesia.

Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan Indonesia termasuk dalam 20 negara dengan kasus Hepatitis terbanyak di dunia.

Menurut data Kemenkes, sebanyak 7,1 persen atau 18 juta masyarakat indonesia terinfeksi hepatitis B. Dari jumlah tersebut 50 persen diantaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati.

Bahkan, hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian.

Sebanyak 50.744 Ibu hamil positif hepatitis B pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.757 bayi lahir dari Ibu yang positif hepatitis B. Meski sebagian besarnya sudah mendapatkan imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam. Namun masih didapati 135 bayi positif Hepatitis B pada usia 9-12 bulan.

Hepatitis B adalah penyakit pada organ hati yang dapat ditularkan lewat kontak dengan cairan tubuh penderitanya. Kondisi ini membutuhkan pengobatan atau penanganan lebih lanjut untuk mencegah terjadinya komplikasi serius.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, menyampaikan penularan kasus didominasi oleh penularan langsung dari Ibu ke anak.

“Penularan Hepatitis B dari secara vertikal Ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95% dari seluruh sumber penularan lainnya” ujar dr. Syahril dikutip dari kemkes.go.id.

Baca Juga: 2 Cara Vicky Shu Melindungi Anak dari Hepatitis Akut Misterius

dr. Mohammad Syahril melanjutkan, karena belum ada pengobatan yang efektif, lebih baik melakukan pencegahan dengan memutus alur penularan.

“Pemberian vaksin Hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi Hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta belum ada pengobatan yang efektif,” terang dr. Syahril.

Khusus untuk Hepatitis B, dilakukan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi). Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.

Pemberian imunisasi Hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden. Pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.

Selain itu, juga dilakukan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi.

Deteksi dini juga harus dilakukan bagi kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL, riwayat transfusi, riwayat tato, tindik dan penggunaan alat medis tidak steril harus dilakukan untuk memutus penularan.

Oleh karena itu, dr. Syahril mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktek seks berisiko, sebab penularan Hepatitis melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur.

Contohnya melakukan ciuman sampai terjadi perlukaan dapat menularkan virus Hepatitis, dan jangan lupa untuk menggunakan pengaman agar menghindari hal-hal yang dapat beresiko penularan untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. (*)