Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5, Dorong Investasi Berbasis Kelestarian Alam

By Fathia Yasmine, Kamis, 22 Juni 2023 | 18:11 WIB
Konferensi pers Festival Lestari 5. (Dok. National Geographic Indonesia/Josua Marunduh)

“Ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri, tetapi dengan kerja gotong royong. Saya berharap ini bisa berjalan dengan baik,” harap Wagub Ma’mun.

Baca Juga: Investasi Sambil Menjaga Alam, Sigi Jadi Tuan Rumah Festival Lestari V 

Sebuah langkah maju untuk pembangunan lestari

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta. (Dok. National Geographic Indonesia/Josua Marunduh)

Sementara itu, Perwakilan Balai Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Arimijati dalam paparannya menyebut bahwa Festival Lestari 5 yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi adalah langkah maju.

Sebagai perwakilan lembaga yang ditunjuk untuk menjaga cagar biosfer di Lore Lindu, ia memandang Festival Lestari 5 sejalan dengan konsep perlindungan, perawatan, dan pemberdayaan alam yang sudah tercantum dalam visi pembangunan hijau Kabupaten Sigi.

“Ada 72 desa yang jadi penyangga cagar biosfer di TNLL. Sebagian besarnya, yakni sekitar 48 desa berada di Kabupaten Sigi. Selebihnya, masuk wilayah Kabupaten Poso. Dari jumlah itu, 56 desa sudah melakukan kerjasama dengan TNLL. Kerjasama itu antara lain mencakup pemberdayaan ekonomi berbasis alam,” ungkapnya.

Dengan begitu, menurut Armijati, tidak ada alasan untuk menilai bahwa masyarakat menjadi terbatas dalam hal pemberdayaan ekonomi dengan adanya hutan di sekeliling tempat tinggalnya.

“Keberadaan TNLL justru mengambil peran penting untuk membantu meningkatkan ekonomi sekitar kawasan hutan lindung,” kata Armijati.

Baca Juga: Tonjolkan Tenun Nusantara, Desainer Laely Indah Lestari Tampil Memukau di I Fashion Festival 2022

Ekonomi lestari sudah dipraktikkan di Sigi 

()

Sejumlah pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang turut diundang dalam konferensi pers juga memaparkan praktik-praktik ekonomi lestari yang sudah diterapkan untuk meningkatkan nilai komoditas khas Sigi. Mereka akan berbagi contoh-contoh praktik tersebut pada Festival Lestari 5.

Zaitun misalnya, salah seorang pengurus Koperasi Tani Vanili Simpotove, Kecamatan Palolo menyatakan, komoditas kakao yang dihasilkan koperasinya sudah tersertifikasi dan saat ini sedang merambah ke komoditas vanili.

“Ada pendampingan dalam mengelola komoditas-komoditas itu, seperti tidak menggunakan pestisida dan sebagainya,” akunya.

Begitu pula dengan Herri Ramdhani, seorang pelaku UMKM yang menggeluti bisnis kopi yang ditanam dibudidayakan di Kabupaten Sigi.

“Pada 2017 kami membawa kopi ke Jakarta, tapi semuanya ditolak karena kualitasnya jelek. Tapi sekarang setelah melalui pendampingan, alhamdulillah, kami malah sibuk memenuhi permintaan,” sebutnya.

Lain halnya dengan Nadya Sinimta Maulaning, anak muda yang tergabung dalam kelompok Gampiri Interaksi. Ia mengaku, kelompoknya difasilitasi untuk membangunkan lahan yang sudah produktif agar menjadi produktif lagi.

Tak hanya itu, sedikitnya 20 UMKM setempat sudah digiring ke dalam program inkubasi agar bisa bertransformasi dalam usaha.

“Praktik dan inovasi-inovasi seperti ini juga akan kita bagi pada forum-forum selama Festival Lestari 5,” tambahnya.