Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5, Dorong Investasi Berbasis Kelestarian Alam

By Fathia Yasmine, Kamis, 22 Juni 2023 | 18:11 WIB
Konferensi pers Festival Lestari 5. (Dok. National Geographic Indonesia/Josua Marunduh)

Nova.idKabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, menyimpan banyak potensi kekayaan alam, keragaman hayati, keunikan seni, budaya, dan ekonomi.

Lebih dari itu, wilayah Kabupaten Sigi yang secara administratif terbentuk pada 2008 ini memiliki cagar biosfer bernama Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Untuk mendorong pembangunan dan ekonomi lestari di Kabupaten Sigi, Festival Lestari 5 diselenggarakan.

Sebagai informasi, Festival Lestari 5 merupakan bagian dari program Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang digagas sejak 2018.

Tahun ini, Kabupaten Sigi selaku anggota LTKL dipercaya untuk menjadi tuan rumah Festival Lestari.

Adapun kegiatan ini akan berlangsung selama empat hari, mulai 22 hingga 25 Juni 2023, serta diikuti oleh sembilan kabupaten lain yang juga berasal dari anggota LTKL.

Baca Juga: Festival Lestari 5 jadi Strategi untuk Menguatkan Perda Sigi Hijau

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta dalam konferensi pers pembukaan Festival Lestari 5 di Bukit Indah Doda, Rabu (21/6/2023), mengatakan bahwa acara utama festival akan berlangsung di dua lokasi, yakni Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Taiganja dan Bukit Indah Doda.

Terdapat serangkaian kegiatan yang menampilkan kegiatan semangat gotong royong dalam mewujudkan pembangunan dan ekonomi lestari, di antaranya Telusur Rasa Lestari, Telusur Wisata dan Budaya Lestari, dan Pentas Seni dan Budaya.

Selain itu, peserta juga bisa menikmati Petualangan Lestari Paralayang, serta mengikuti agenda Community Talks bertema lestari dan Town Hall Muda.

Sebagai acara utama, Festival Lestari akan menyajikan Forum Bisnis dan Investasi dan Potomu Ntodea atau Pasar Warga.

“Forum Bisnis dan Inovasi Berbasis Alam ini pertama kalinya ada di Indonesia, sementara Potomu Ntodea akan memamerkan produk-produk berbasis alam karya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Kabupaten Sigi,” ungkap Irwan.

Agenda Festival Lestari 5 diakui Irwan merupakan bagian dari momentum untuk “memperkaya” diri, terutama hal yang terkait pembangunan bervisi lestari.

“Sekitar 74 persen wilayah Kabupaten Sigi berupa kawasan konservasi dan hutan lindung, sisanya itulah yang akan dimanfaatkan untuk membangun dan menyejahterakan rakyat Sigi,” ujar Bupati Mohamad Irwan.

Baca Juga: Festival Lestari 5, Kolaborasi Bangun Ekonomi di Kabupaten Sigi dan Provinsi Sulawesi Tengah

Festival Lestari yang mengusung semangat gotong royong menurutnya dapat menjadi momen yang tepat untuk mereplikasi praktik-praktik dan inovasi pembangunan berbasis alam yang sudah diterapkan di daerah lainnya di Kabupaten Sigi.

Ia pun berharap, “muara” dari festival ini adalah pertumbuhan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sigi yang berbasis konservasi.

“Kami meyakini, bahwa ekonomi bukan hanya kerja yang ditujukan untuk mencari profit semata. Tapi juga menjaga alam dan masyarakat. Bahwa ekonomi juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti budaya, kuliner, tradisi, seni, dan potensi lingkungan sekitar, agar ekonomi, masyarakat, dan lingkungan bisa selaras dan bisa tumbuh lebih baik,” tambahnya.

Berbagai rangkaian kegiatan pada Festival Lestari 5, kata Irwan, mendorong munculnya inovasi-inovasi yang dapat memantik pergerakan ekonomi masyarakat ke arah lebih baik.

Selain itu, rangkaian kegiatan sekaligus menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya memepertimbangkan kelestarian alam dalam rencana pembangunan daerah.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma’mun Amir yang juga menyatakan sambutan positif atas digelarnya Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi.

Ia menilai, kolaborasi di Festival Lestari 5 dapat menjadi contoh kekompakkan antara pemerintah kabupaten (Pemkab) dan pemerintah provinsi (Pemprov) dalam menyusun visi pembangunan yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan.

Pemprov Sulawesi Tengah, katanya, memberi keleluasaan kepada Pemkab untuk mengundang investor masuk ke wilayahnya. Namun, dengan catatan bahwa investasi tidak bersifat ekstraktif dan tidak mengganggu lingkungan.

Ia berharap, festival yang digelar di Kabupaten Sigi ini bisa menjadi peta jalan bagi konsep pembangunan berwawasan lingkungan di setiap daerah.

“Ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri, tetapi dengan kerja gotong royong. Saya berharap ini bisa berjalan dengan baik,” harap Wagub Ma’mun.

Baca Juga: Investasi Sambil Menjaga Alam, Sigi Jadi Tuan Rumah Festival Lestari V 

Sebuah langkah maju untuk pembangunan lestari

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta. (Dok. National Geographic Indonesia/Josua Marunduh)

Sementara itu, Perwakilan Balai Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Arimijati dalam paparannya menyebut bahwa Festival Lestari 5 yang dilaksanakan di Kabupaten Sigi adalah langkah maju.

Sebagai perwakilan lembaga yang ditunjuk untuk menjaga cagar biosfer di Lore Lindu, ia memandang Festival Lestari 5 sejalan dengan konsep perlindungan, perawatan, dan pemberdayaan alam yang sudah tercantum dalam visi pembangunan hijau Kabupaten Sigi.

“Ada 72 desa yang jadi penyangga cagar biosfer di TNLL. Sebagian besarnya, yakni sekitar 48 desa berada di Kabupaten Sigi. Selebihnya, masuk wilayah Kabupaten Poso. Dari jumlah itu, 56 desa sudah melakukan kerjasama dengan TNLL. Kerjasama itu antara lain mencakup pemberdayaan ekonomi berbasis alam,” ungkapnya.

Dengan begitu, menurut Armijati, tidak ada alasan untuk menilai bahwa masyarakat menjadi terbatas dalam hal pemberdayaan ekonomi dengan adanya hutan di sekeliling tempat tinggalnya.

“Keberadaan TNLL justru mengambil peran penting untuk membantu meningkatkan ekonomi sekitar kawasan hutan lindung,” kata Armijati.

Baca Juga: Tonjolkan Tenun Nusantara, Desainer Laely Indah Lestari Tampil Memukau di I Fashion Festival 2022

Ekonomi lestari sudah dipraktikkan di Sigi 

()

Sejumlah pelaku usaha dan kelompok masyarakat yang turut diundang dalam konferensi pers juga memaparkan praktik-praktik ekonomi lestari yang sudah diterapkan untuk meningkatkan nilai komoditas khas Sigi. Mereka akan berbagi contoh-contoh praktik tersebut pada Festival Lestari 5.

Zaitun misalnya, salah seorang pengurus Koperasi Tani Vanili Simpotove, Kecamatan Palolo menyatakan, komoditas kakao yang dihasilkan koperasinya sudah tersertifikasi dan saat ini sedang merambah ke komoditas vanili.

“Ada pendampingan dalam mengelola komoditas-komoditas itu, seperti tidak menggunakan pestisida dan sebagainya,” akunya.

Begitu pula dengan Herri Ramdhani, seorang pelaku UMKM yang menggeluti bisnis kopi yang ditanam dibudidayakan di Kabupaten Sigi.

“Pada 2017 kami membawa kopi ke Jakarta, tapi semuanya ditolak karena kualitasnya jelek. Tapi sekarang setelah melalui pendampingan, alhamdulillah, kami malah sibuk memenuhi permintaan,” sebutnya.

Lain halnya dengan Nadya Sinimta Maulaning, anak muda yang tergabung dalam kelompok Gampiri Interaksi. Ia mengaku, kelompoknya difasilitasi untuk membangunkan lahan yang sudah produktif agar menjadi produktif lagi.

Tak hanya itu, sedikitnya 20 UMKM setempat sudah digiring ke dalam program inkubasi agar bisa bertransformasi dalam usaha.

“Praktik dan inovasi-inovasi seperti ini juga akan kita bagi pada forum-forum selama Festival Lestari 5,” tambahnya.