Kisah Kopi dan Durian si Buah Tangan dari Kabupaten Sigi

By Fathia Yasmine, Jumat, 23 Juni 2023 | 22:40 WIB
Kopi dombu kini ditargetkan untuk bisa diekspor ke Dubai dan Jepang. (DOK. National Geographic Indonesia/Joshua Marunduh)

Namun, upaya yang dilakukan Ismail tak sekadar berkebun, memanen, dan menjual biji kopi. Ia memproses kopi hingga menjadi siap minum. Ketika ada pameran produk tani, baik yang diselenggarakan di Kabupaten Sigi maupun Kota Palu, ia selalu datang untuk memperkenalkan produk kopi dombu miliknya.

Baca Juga: Festival Lestari 5 jadi Strategi untuk Menguatkan Perda Sigi Hijau

“Termasuk hari ini, saya buka stand di sini untuk Festival Lestari 5”, kata Ismail sambil tersenyum.

Petani lainnya dari Desa Dombu, Nolvi Mandagi, menceritakan mengenai bagaimana kopi membuatnya punya harapan untuk berdaya secara ekonomi. Ia mengaku saat ini kewalahan memenugi pesanan dari Jakarta, Surabaya, dan Makassar.

“Bahkan konsumen mesti setor uang jaminan untuk mendapat kiriman biji kopi. Jadi, mereka pesan jauh hari sejak kopi belum dipanen,” kata Nolvi.

Ia memiliki 1.701 pohon kopi dan telah memiliki pelanggan loyal di Kota Palu. Menurut Nolvi, Festival Lestari 5 bisa menjadi “etalase” untuk memperkenalkan kopi khas Kabupaten Sigi. Dengan begitu, kopi robusta dan arabika dari Sigi bisa mendapat panggung di ranah nasional.

“Menurut penilaian saya, ceruk pasar kopi dari Sigi masih terlalu kecil dibandingkan daerah lainnya,” ucap Nolvi. 

Baca Juga: Dorong Komoditas Unggulan, Festival Lestari Dukung Ekonomi Berkelanjutan

Disambut baik pengusaha kafe

Momentum Festival Lestari 5 juga disambut baik oleh pengusaha kafe di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Salah satunya, pemilik Kopi Sebati, Rohmat Sebati (29). Rohmat memanfatkan momen festival untuk memperkenalkan seduhan kopi arabika di kafenya.

Siang itu, di ketinggian 500 mdpl, di lokasi paralayang Desa Wayu, ia memboyong kemasan kopi aneka ukuran untuk diperkenalkan ke pengunjung. Kemudian, ia menjelaskan keunggulan kopi arabika yang ditanam di dataran tinggi Desa Dombu. 

Di kafe yang dikelolanya, Rohmat mengaku tak pernah kehabisan pasokan. Suplai bahan baku dari kebun milik Ismail dan beberapa petani kopi, baik dari Desa Dombu maupun Desa Wayu, relatif stabil.