Kehadiran festival bertema alam seperti Festival Lestari 5, menurut dia berguna untuk memperkenalkan kopi yang dihasilkan dari bumi Sigi. Selain itu, festival dapat menjadi ajang tukar pengalaman dan pengetahuan dengan konsumen kopi. Konsumen dewasa ini, kata Rohmat, mulai kritis akan kualitas hingga cita rasa kopi yang disesapnya.
“Konsumen kopi seperti itu memang belum banyak dibanding penikmat kopi konvensional. Namun, perlu diantisipasi karena mulai ada penikmat kopi yang tak sekadar mengandalkan rasa dan teknis menyeduh kopi untuk mendapat level kenikmatan tertentu. Mereka peduli kandungan. Selain itu, cara pertanian kopi termasuk relasi pengusaha kafe dan petani kopi,” jelas Rohmat.
Ia bercerita, pernah menemui konsumen seperti itu di kafe miliknya. Konsumen tersebut kritis dan memerlukan perhatian khusus, tetapi keberadaan mereka memberi dampak baik bagi industri kopi.
‘’Mereka tanya-tanya apakah harga beli di tingkat petani memberi keuntungan yang wajar pada petani atau seperti apa. Dalam jangka panjang sikap kritis konsumen macam itu memberi dampak baik bagi perkopian di Kota Palu dan Sigi,’’ katanya.
Saat ini, kopi dombu merupakan salah satu komoditas yang didorong oleh pemerintah setempat untuk diekspor. Adapun, negara tujuan ekspornya adalah Dubai dan Jepang.
Durian sebagai penambah penghasilan
Warga Desa Dombu dan Wayu memiliki komoditas lain yang patut dibanggakan, yakni durian. Para petani, di sela-sela menunggu panen tanaman pokoknya, menjadi pengumpul durian. Durian-durian tersebut kemudian dijual ke Kota Palu.
Saat ini, durian tengah memasuki musimnya. Hasmin (43), salah satu petani jagung di Desa Wayu, misalnya. Ia mengumpulkan durian, kemudian dijual di Palu dengan harga beragam, mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per buah.
Pada Festival Lestari 5, ia sengaja membawa durian-durian yang ia kumpulkan ke lokasi paralayang. Durian tersebut dibawa untuk dinikmati pengunjung festival.
“Saya tidak jualan ke kota. Sengaja saya bawa ke sini, saya belah buat pengunjung menikmatinya,” kata Hasmin.
Durian, katanya, hanya dijadikan penambah penghasilan. Sebab, tanaman tersebut musiman. Namun, hasilnya lumayan.
“Bulan depan, saya mulai panen tanaman utama di perkebunan. Saya tanam jagung, sayur, dan palawija,” kata Hasmin.