Saat ini, ia menjelaskan, ada 72 desa yang berada di dalam atau berbatasan langsung dengan kawasan TNLL. Desa-desa itu melakukan perjanjian kerjasama (PKS) dengan BTNLL tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya di kawasan TNLL secara terukur dan bertanggungjawab.
Komitmen dari pelaku usaha
Komitmen dan dukungan terhadap ekonomi hijau datang pula dari kalangan pelaku usaha. Head of Business Development Teratai Fajar Anugerah mengungkapkan, setidaknya hingga 2026 pihaknya akan membantu enam perusahaan yang memiliki produk nature base di sektor pangan.
Nilai komitmen pembiyaannya sekitar 4 juta dollar AS. Perusahaannya pun harus yang masih kecil, sedang berkembang, dan berada di luar Jawa.
Kelompok usaha ini berkaitan dengan food system atau yang berkaitan dengan rantai pasok makanan baik itu di sektor produksi, pemrosesan atau dihilir.
''Tapi harus usaha yang punya dampak sistemik. Misalnya, kegiatannya di Sigi tapi hasilnya melampaui daerah Sigi,'' jelasnya.
Adapun, plafon pembiayaan yang ditawarkan bervariasi mulai dari 100.000 dollar AS hinggga 1 juta dollar AS.
Baca Juga: Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5, Dorong Investasi Berbasis Kelestarian Alam
Forum ini juga menawarkan model bisnis yang di Sulawesi Tengah, bahkan Indonesia belum familiar, yakni carbon trading. Carbon trading atau perdagangan karbon merupakan perdagangan antar negara yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon dioksida.
Carbon trading juga dikenal dengan sebutan carbon emissions trading atau perdagangan emisi karbon. Kegiatan ini menyumbang sebagian besar perdagangan emisi di dunia.
Direktur PT Rimba Makmur Utama (RMU) Rezal Kusumaatmadja mengulik panjang lebar usaha bisnis yang digelutinya itu. RMU yang dirintis pada 2008, adalah perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di sektor ini.
“Sebagai bisnis baru, RMU masih terus memperkenalkan diri ke publik. Namun masa depan bisnis ini menurut dia, mempunyai prospek yang baik. Mengingat narasi global saat setelah climate change adalah kembali ke nature basic,” kata Rezal.