Kisah Inspiratif Meutya Hafid, Pejuang Dua Garis Biru yang Ajak Memperjuangkan Hak-Hak Pasangan Infertil  

By Maria Ermilinda Hayon, Minggu, 12 November 2023 | 14:35 WIB
Buku LYORA Keajaiban yang Dinanti mengisahkan perjalanan pribadi Meutya Hafid setelah 10 kali percobaan bayi tabung. ()

Dengan pengakuan ini, diharapkan akan ada lebih banyak perhatian dan pemahaman yang diberikan kepada pasangan infertil.

Selain itu, Meutya juga menyoroti bahwa kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang harus dijamin oleh negara.

Ia percaya bahwa pasangan yang sulit mendapatkan keturunan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perawatan dan dukungan dari pemerintah.

“Pada saat saya berumur 37 tahun menjalani program bayi tabung IVF, sempat mengalami 3 kali hamil, tetapi keguguran dikarenakan janin dan embrio tidak berkembang dengan baik. Alhamdulillah, saya berhasil hamil pada usia 44 tahun dan dikarunia putri bernama Lyora Shaqueena Ansyah,” tuturnya.

Menurut Meutya, ada beberapa alasan mengapa pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit ini menjadi penting.

1.Akses ke perawatan medis yang tepat

Dengan mengakui infertilitas sebagai penyakit, individu yang mengalami masalah kesuburan akan memiliki akses yang lebih baik ke perawatan medis yang tepat.

Pengakuan ini dapat memastikan bahwa layanan kesehatan yang diperlukan, seperti diagnosis, pengobatan, dan perawatan reproduksi, tersedia dan dapat diakses dengan mudah.

2.Peningkatan dukungan psikologis

Infertilitas dapat memiliki dampak emosional yang signifikan pada individu dan pasangan yang mengalaminya.

Pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit dapat membantu mengurangi stigma sosial dan meningkatkan dukungan psikologis bagi individu yang mengalami masalah kesuburan.

Baca Juga: Bersinar di Korea! Ini Profil Megawati 'Megatron' Pevoli Perempuan Indonesia, Jadi Bintang di Negara Luar