Covid-19 Kembali Meningkat, BPJS Kesehatan Tetap Jamin Biaya Penanganan Pasien Tertular Corona!

By Maulana Wildan Ibrahim, Sabtu, 9 Desember 2023 | 19:15 WIB
BPJS Kesehatan akan tetap biayai penanganan pasien kasus Covid-19 (KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah)

NOVA.ID - Meski pandemi sudah menjadi endemi, namun Covid-19 masih ada dan masih bisa menularkan.

Bahkan sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia kembali mencatatkan kenaikan kasus Covid-19.

Meski lanjokan kasus masih rendah, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Hal tersebut menyusul peningkatan kembali kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Sejalan dengan naiknya kasus Covid-19 saat ini, Direktur Utama (Dirut) BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti, dilansir dari Konta.co.id, menegaskan bahwa BPJS Kesehatan menjamin pelayanan penanganan pasien Covid-19 sejak 1 September 2023.

Hal ini sesuai dengan Permenkes No 23/2023 tentang Pedoman Penanggulangan Covid-19 di Masa Endemi.

"BPJS Kesehatan sesuai kewenangannya menjamin dan menyediakan anggaran penjaminan sesuai ketentuan berlaku," kata Ghufron dikutip NOVA dari Kontan.co.id, Sabtu (9/12).

Lebih lanjut Ghufron mengatakan, sejak bulan September hingga November kemarin tercatat BPJS Kesehatan telah menjamin 898 kasus terkonfirmasi Covid-19.

"BPJS kesehatan telah menjamin 898 kasus terkonfirmasi Covid di bulan September dan November 2023."

"Serta menjamin 7 kasus suspect Covid-19.Total klaim yang baru ini Rp 3,1 miliar lebih," ungkap Ghufron.

Sebagai informasi, menurut data Kementerian Kesehatan per 6 Desember 2023, rata-rata kasus harian Covid-19 bertambah sebanyak 35-40 kasus.

Baca Juga: Sedot Lemak Bisa Gratis Pakai BPJS Kesehatan, Tapi Wajib dengan Catatan Ini!

Sementara, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tercatat antara 60 orang-131 orang.

Dengan tingkat keterisian rumah sakit saat ini sebesar 0,06% dan angka kematian 0-3 kasus per hari.

Kemenkes menyebut, kenaikan kasus ini didominasi oleh subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi Covid-19 di Eropa dan Amerika Serikat.

Selain varian XBB Indonesia juga sudah mendeteksi adanya subvarian EG2 dan EG5.

Meskipun ada kenaikan, namun kasus ini masih jauh kebih rendah dibandingkan saat pandemi yang mencapai 50.000 sampai 400.000 kasus per minggu.

Senada dengan hal itu, Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 saat ini diprediksi tak akan melonjak tinggi.

Ini lantaran sebagian masyarakat sudah memiliki imunitas.

Namun, kenaikan kasus kemungkinan akan banyak tak terdeteksi karena surveilans di Indonesia dinilai masih lemah dibandingkan negara maju.

"Surveilans kita masih lemah dibandingkan negara maju. Ini kembali lagi health seeking behavior belum berubah, banyak diam di rumah ngobatin sendiri."

"Ini buat buat kasus tak terdeteksi. Kalaupun ada lonjakan sedikit," jelas Dicky Budiman dikutip dari Konta.co.id.

Dicky menegaskan meski lonjakan akan sedikit, namun perlu diperhatikan bahwa Covid-19 tak hanya berdampak akut saat terinfeksi tapi juga jangka panjang atau long covid.

Tetap selalu waspada, jada kesehatan, dan patuhi protokol kesehatan di keramaian ya Sahabat NOVA!  (*)