Survei BPS: Biaya Hidup di Jakarta Rp14 Juta Per Bulan, Ini Kata Perencana Keuangan!

By Maria Ermilinda Hayon, Sabtu, 30 Desember 2023 | 21:05 WIB
Biaya hidup di Jakarta katanya paling mahal, hampir Rp15 juta. Tapi netizen enggak terima, memang kenapa? (PeopleImages)

NOVA.id - Jakarta selalu saja hadir dengan beragam problema.

Belakangan heboh soal survei BPS (Badan Pusat Statistik) mengenai biaya hidup di Jakarta.

Memang Jakarta terkenal sebagai kota metropolitan dan modern.

Sehingga banyak orang tentu berpikir bahwa biaya hidup di Jakarta sangat tinggi.

Benar saja, berdasarkan data bertajuk Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 yang dirilis oleh BPS, Jakarta menjadi wilayah dengan biaya hidup paling tinggi di Indonesia.

Survei itu mencatat, nilai konsumsi rata-rata per rumah tangga di Ibu Kota mencapai Rp 14,88 juta per bulan pada 2022.

Nilai tersebut meningkat sekitar Rp 1,43 juta per bulan dari periode pencatatan sebelumnya, yakni pada 2018.

Pada tahun itu, nilai konsumsi rata-rata per rumah tangga di Jakarta sebesar Rp 13,45 juta per bulan, dan menjadikannya wilayah dengan biaya hidup tertinggi kedua setelah Bekasi pada saat itu.

Nah, yang bikin heboh masyarakat tak terkecuali warganet adalah data biaya hidup di Jakarta ini jauh lebih tinggi dibanding upah minimum provinsi (UMP) di wilayah yang sama.

Tercatat UMR di DKI Jakarta sebesar Rp5,1 juta pada 2024 nanti, itu pun baru naik.

Beberapa orang pun turut berkomentar, salah satunya Annisa Stevani, seorang financial planner, yang berkomentar di akun @ecommurz yang mengunggah soal data survei BPS ini.

Baca Juga: Pintar Atur Uang, Sebelum Tergiur Diskon Cuci Gudang Akhir Tahun, Cek Dulu 5 Hal Ini

Komentarnya menyoroti soal biaya hidup di Jakarta yang sebenarnya sangat fleksibel, sebab semuanya di Jakarta ada banyak pilihan yang bisa diambil.

“Di Jakarta harga berapa juga ada opsinya makanya yang UMR survive berdampingan dengan yang ngeluarin UMR untuk sekali ngemall,” tulisnya dengan akun @annisast.

“Makan 10k/porsi bisa, makan 1juta/porsi bisa juga. Transum ada, mobil miliaran seliweran juga. Sekolah gratis ada, sekolah seharga rumah banyak. Puskesmas ada, RS semewah hotel bintang 5 ada,” lanjutnya.

Menurut Annisa, biaya hidup di Jakarta semuanya kembali lagi soal cara pengelolaan keuangan dari masing-masing orang.

Tingkat gaya hidup yang dipilihnya di Jakarta pun pastinya memengaruhi biaya hidup di Ibu Kota ini.

“Jadi didebatin 5juta per bulan cukup ya pasti ada yang bisa cukup, 50juta per bulan kalau anak lebih dari satu apalagi sekolah inter + les les ya ga bakal cukup,” pungkasnya.

Di sisi lain, dilansir dari Kompas.com, perencana keuanga, Andy Nugroho mengatakan tingginya angka biaya hidup yang dikeluarkan oleh BPS juga disebabkan oleh sampel yang diambil.

Menurutnya, BPS kemungkinan mengambil rumah tangga secara umum dan tidak terbatas terhadap rumah tangga dengan pendapatan UMR sebagai sampel.

"Sehingga akan ada pengeluaran-pengeluaran yang memang dikonsumsi oleh orang-orang yang berpenghasilan lebih daripada UMR," tuturnya.

Bagaimana menurut Sahabat NOVA? (*)