TabloidNova.com - Sudah bukan rahasia umum lagi, jika kondisi perekonomian global berpengaruh terhadap industri mode, baik di tanah air maupun di dunia. Walaupun para pecinta mode terus mengagumi dan memburu produk busana, namun harga dollar yang melambung membuat daya beli masyarakat menurun.
Mudahnya, bila harga bahan-bahan untuk membuat busana naik, maka ongkos produksi pun ikut naik. Nah, hal ini yang menyebabkan harga sepotong busana pun harus naik, terlebih busana rancangan desainer atau busana bergaya couture.
Sadar atau tidak, hal ini mendorong muncul tren busana minimalis. Entah sekadar mengikuti tren mode dunia atau bukan, tren busana minimalis semakin banyak diusung sebagai tema utama oleh label pakaian maupun desainer.
Hannie Hananto, desainer busana muslimah Indonesia, menangkap sinyal tersebut. Perempuan yang ikut terlibat di perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 tersebut mengungkapkan bahwa situasi perekonomian global jelas berpengaruh pada roda industri mode secara keseluruhan.
"Kondisi ekonomi suatu Negara mau tak mau membentuk gaya hidup masyarakat serta berimbas pada style atau gaya berbusana individu dan kelompok. Akibat perekonomian yang tengah surut, maka busana bergaya couture yang rumit pengerjaan, butuh tangan ahli, proses panjang dan biaya mahal berganti pada pilihan busana ready to wear ramah kantong," jelasnya pada TabloidNova.com.
Dengan ongkos produksi yang lebih murah, lebih mudah terjual dan disukai pasar, serta menjadi karakter selera berbusana modern tadi, maka busana siap pakai pun secara tak langsung mengalihkan posisi busana couture bagi masyakarat ekonomi kelas menengah ke atas.
Namun, Hannie menampik jika busana haute couture bisa tergantikan oleh busana siap pakai. Pasalnya, menurut Hannie keduanya adalah genre yang berbeda dan masing-masing punya karakter, keistimewaan serta peminat setianya.
Ridho Nugroho
FOTO: DOK. HANNIE HANANTO