TabloidNova.com - Pelajari dan pahami apa saja yang harus Anda lakukan agar si kecil tak cedera saat berolahraga, bermain, atau pun berkegiatan lain. Yang terpenting, tentu saja menjaga keselamatan si kecil. Anda tentu tahu, anak-anak yang tak mengenakan alat pengaman pada tubuhnya (protektor) akan lebih berisiko mengalami cedera.
Di Amerika, berdasarkan data American Academy of Pediatrics, tercatat sebanyak 3,5 juta anak di AS dinyatakan mengalami cedera setiap tahunnya, akibat berolahraga atau bermain tanpa alat proteksi.
Jadi, penggunaan alat proteksi pada tubuh anak sangatlah penting. Jika tidak, justru bahaya besarlah yang akan mengintai keselamatan si kecil. Namun perlu diingat pula, mengenakan alat proteksi sembarangan atau tidak tepat, juga berisiko si kecil masuk ke rumah sakit.
Nah, untuk itu para orangtua harus selalu mengingat tujuh hal berikut, agar si kecil tidak cedera saat berolahraga, atau saat asyik bermain bersama teman-teman di sekolah, lingkungan rumah, atau tempat bermain lain.
1. Si Kecil Bukan Atlet Profesional!Semakin muda si kecil terlibat dalam sebuah tim olahraga, akan memperlihatkan kepadanya soal komitmen dan mengasah kemampuan. Namun bukan berarti di usia 3 tahun si kecil harus dipaksa masuk tim sepak bola dan di usia 7 tahun sudah mulai sering bertanding ke banyak negara, lho!
Berdasarkan hasil penelitian Loyola University's Health System, anak-anak yang mulai dilatih olahraga tertentu sejak usia dini, 75 persennya akan berisiko dua kali lebih besar mengalami cedera -termasuk cedera serius seperti patah tulang belakang- jika dibandingkan anak-anak yang tak dilatih olahraga secara spesifik.
Mengapa? "Pengulangan gerakan latihan yang dilakukan oleh anak akan menyebabkan stres pada tubuh yang sedang tumbuh dan berkembang," terang Neeru Jayanthi, MD, penulis senior dan direktur medis untuk pengobatan kasus cedera olahraga di Loyola.
Neeru menambahkan, risiko cedera cenderung lebih tinggi terjadi pada anak-anak usia dini. Maka, Neeru menyarankan kepada para orangtua untuk memperkenalkan si kecil berbagai macam olahraga terlebih dulu. Tunda latihan olahraga spesifik hingga usia anak-anaknya berakhir (memasuki masa remaja).
2. Si Kecil Kurang Jam TidurAnda pasti sudah tahu, anak yang kurang tidur di malam hari akan memperlihatkan performa buruk di dalam kelas. Berdasarkan penelitian baru dalam Journal of Pediatrics, usia anak jelang remaja yang mendapatkan waktu tidur 8 jam atau lebih di malam hari, 68 persennya akan berisiko jauh lebih kecil untuk cedera ketimbang yang kekurangan waktu tidur.
"Kurang tidur dapat menyebabkan efek berkurangnya fungsi motorik, mood, dan fungsi kognitifnya. Yang mana semua hal itu sangat memengaruhi performa para atlet muda," ujar peneliti Matthew D. Milewski, MD. Ia menambahkan, coba amati anak yang tidur nyenyak selama 8 jam atau lebih, pasti prestasi olahraganya lebih baik.
3. Tim Si Kecil atau Tim Lawannya, Tak Selalu Mengikuti Aturan Main di LapanganBanyak sekali kasus kecelakaan atau cedera serius muncul ketika anak-anak terlibat di dua tim berbeda dalam pertandingan olahraga. Entah itu retak pada tulang siku, patah pada tulang rusuk, atau cedera serius di bagian tubuh lain.
Para peneliti dari Nationwide Children's Hospital's Center for Injury Research and Policy belum lama ini menganalisis data dari National High School Sport-Related Injury Surveillance Study. Mereka menemukan fakta, ada sekitar 6 persen kecelakaan terjadi terkait pada 9 jenis olahraga.
Jumlah kasus kecelakaan dalam olahraga ini semakin bertambah pada pertandingan basket antaranak perempuan, pertandingan sepakbola antaranak perempuan, dan pertandingan sepakbola antaranak laki-laki.
Maka sebagai orangtua, kendati si kecil sudah ditangani oleh pelatihnya di lapangan, namun Anda tetap memiliki hak untuk memberitahu anak mengenai risiko cedera dan apa bahayanya. Dengan demikian anak bisa bermain lebih bijaksana saat berada di lapangan.
4. Si Kecil Tidak Dilatih Oleh Seseorang yang Ahli & BersertifikatHampir 50 persen divisi atletik di sekolah menengah atas di AS mempekerjakan pelatih yang memahami bidang kesehatan olahraga. Pelatih ini tak hanya memberi saran kepada murid untuk selalu memakai alat proteksi saat harus berolahraga dan memeriksa kondisi lapangan saja, tapi juga menangani murid ketika terjadi kecelakaan atau cedera, termasuk cara mencegahnya.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dipresentasikan dalam American Academy of Pediatrics National Conference tahun lalu, rata-rata risiko kecelakaan yang akan dialami oleh para pemain sepakbola adalah 1,7 kali lebih tinggi. Sementara untuk pemain basket risikonya 1,2 kali lebih tinggi jika tanpa didampingi pelatih atletik khusus di sekolah.
"Jika sekolah tak punya anggaran lebih untuk mempekerjakan pelatih atletik khusus, cobalah cari pelatih fisik sukarelawan yang dapat bekerja selama beberapa hari dalam seminggu di sekolah," saran peneliti kasus ini, Cynthia R. LaBella, MD.
(BERSAMBUNG)
Intan Y. Septiani/Woman's Day