Berani Coba 3 Tren Diet ala Selebritas Ini?

By nova.id, Sabtu, 7 Maret 2015 | 20:58 WIB
Berani Coba 3 Tren Diet ala Selebritas Ini (nova.id)

Berani Coba 3 Tren Diet ala Selebritas Ini (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Aneka tren diet memang menawar­kan rupa-rupa solusi, me­­mang menggiurkan­ untuk diikuti. Namun, men­­­dapat postur idaman tak cukup­ dengan­ mengi­kuti modul­ diet sema­ta, lho.­ Bi­sa-bisa, bu­­kan­­ pos­tur ide­al­­ yang didapat,­ me­lainkan kekurangan nutrisi yang berakibat lebih fatal.

Dr. Tan Shot Yen, M.Hum dari Dr. Tan Wellbeing Clinics & Remanlay Special Needs' Health menuturkan, masalah pola makan tak bisa diatasi dengan instan. "Pasalnya, pola makan harus konsisten dan berkaitan dengan gaya hidup untuk jangka waktu yang lama. Tidak bijaksana jika dampak dari akumulasi pola makan amburadul ingin diselesaikan dengan pola instan," paparnya. Toh, para pesohor yang disebutkan tadi pun, menjalani program diet dengan disertai olahraga dan dampingan pakar gizi.

Apa saja tren diet ala selebritas yang sedang marak dan mana yang cocok untuk Anda? Cermati pandangan Tan, dokter yang menjadi salah satu kandidat Doktor Ilmu Gizi Komunitas FKUI ini.

Apa Itu Dukan Diet?

Teori: Diet ala perempuan Perancis ini percaya bahwa menurunkan berat badan bukan dengan memonitor kalori, melainkan protein. Empat fase pola diet ini dimulai dengan hanya boleh konsumsi protein sebanyak-banyaknya bersama 1,5 sendok makan gandum per hari, lalu fase konsumsi sayuran, fase pemberian sedikit buah, roti, dan keju, lalu fase pemeliharaan. 

Penjelasan: Tan menegaskan, tubuh tidak hanya membutuhkan protein. "Kita butuh karbohidrat untuk tenaga dan lemak untuk pengangkutan hormon dan proses metabolisme," terangnya.

Selain itu, diet ting­gi protein dan rendah karbohidrat termasuk sebagai ketogenic diet, yang menyebabkan pembentukan sel lemak menjadi sepuluh kali lebih aktif . "Terlalu banyak protein dalam makanan juga meningkatkan insulin karena tubuh tak mau terlalu banyak asam amino. Lebih buruk lagi, membuat ginjal menderita karena metabolisme nitrogen yang berlipat ganda," ujar Tan memaparkan.

Sebaiknya, tetap konsumsi sumber karbohidrat yang baik. "Jika meng­hindari produk tepung dan padi-padian, maka sayur dan buah harus diperbanyak agar mencukupi jumlah kalori dan sumber tenaga dari karbohidrat. Jadi protein tetap berfungsi sebagai zat pembangun dan pengganti sel-sel yang aus," tambahnya.

Apa yang dimaksud Paleo Diet?

Teori: Premis diet ini sederhana, yaitu hanya mengonsumsi makanan yang dimakan orang zaman batu, yaitu sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging. Sebaliknya, hindari gula, susu, kacang-kacangan, biji-bijian, makanan bertepung, dan makanan olahan lain. 

Penjelasan: Paleo diambil da­ri­ kata paleolitikum, yaitu zaman di mana manusia belum mengenal agrikultur. Penganut Paleo, ujar Tan, berusaha mengembalikan kebiasaan tersebut dengan mengonsumsi makanan sealami mungkin.

Namun, istilah diet Paleo sudah banyak diselewengkan sehingga menimbulkan persepsi­ ke­liru, salah satunya tentang konsumsi daging sepuasnya. "Tetap ada aturan, daging yang dikonsumsi harus grass fed. Daging sapi dari sapi yang hanya makan rumput, ayam yang makan dedak dan beras, juga ikan yang tak diberi pelet," terangnya.

Tan juga membantah jika diet ini dikategorikan low carb. "Sayur dan buah termasuk karbohidrat, lho, meski kandungannya jauh lebih kecil dibanding tepung dan umbi. Bukankah tidak low carb lagi jika konsumsi sayur dan buahnya tetap sesuai kebutuhan?" tambahnya. Pemenuhan gizi penganut Paleo, akan tetap seimbang selama kebutuhan makronutrien terpenuhi, yaitu 50:30:20 untuk perbandingan karbohidrat, protein, dan lemak.

Apa yang dimaksud Atkins Diet?

Teori: Teori ini berpendapat, membatasi karbohidrat berarti memindahkan penghasil energi ke cadangan lemak. Jadi, penganutnya memilih tidak mengonsumsi gula dan olahan tepung, sementara protein dan lemak diperbolehkan.  Asumsinya, lemak akan terbakar dan berat badan pun menyusut. Pada fase pertama, diberikan karbohidrat yang sangat rendah, bahkan bisa hanya 20 gram per hari.

Penjelasan: Pemberian karbohidrat yang rendah mengakibatkan rasa lemas dan tak bertenaga. "Jika karbohidrat berkurang, kemampuan berpikir dan bekerja pun bisa berkurang padahal otak kita membutuhkannya. Jadi, yang perlu dikontrol adalah sumber dan pembagian karbohidrat," terang Tan.

Mengonsumsi 20 gram karbohidrat per hari, urainya, berarti hanya memproduksi 80 kkal. "Kebanyakan orang membutuhkan asupan karbohidrat minimal 500-600 kkal per hari," jelasnya. Lagipula, fungsi karbohidrat, protein, dan lemak sangatlah spesifik dan tak bisa saling tukar. 

Saat penganut diet ini mengonsumsi banyak protein dan lemak untuk menggantikan karbohidrat, ujarnya, dapat mengakibatkan kelebihan lemak serta membuat penderita diabetes berisiko penyakit kardiovaskuler dan sindroma metabolik.

Annelis Brilian