Awas, Jangan Terjebak Hubungan dengan Pasangan Parasit!

By nova.id, Selasa, 21 April 2015 | 03:44 WIB
Awas Jangan Terjebak Hubungan dengan Pasangan Parasit (nova.id)

TabloidNova.com - Ada sebuah istilah ilmiah, yaitu simbiosis yang bermakna hubungan atau relasi antara dua pihak/individu entah itu organisme atau makhluk, dimana hubungan ini bisa sangat dekat bahkan dalam jangka panjang. Lalu, dari istilah simbiosis tersebut muncul pula istilah simbiosis mutualisme dan parasitisme.

Dalam konteks hubungan berpasangan, menurut Tara de Thouars, BA, M.Psi., makna dari simbiosis mutualisme merupakan hubungan yang bisa memberikan dampak positif satu sama lain, tidak merugikan satu sama lain, bahkan bisa saling mendapatkan keuntungan.

"Sebaliknya, simbiosis parasitisme adalah suatu kondisi dimana hanya satu individu yang diuntungkan, sedangkan individu yang lain dirugikan," jelasnya.

Empat CiriTak dipungkiri tujuan orang berpasangan adalah bisa merasakan kebahagiaan dan mendapatkan efek positif dari pasangannya. Sebaliknya dalam hubungan parasitisme, hanya ada satu individu yang diuntungkan.

"Contoh hubungan parasit di antaranya hubungan pernikahan yang hanya mengutamakan terpenuhinya kebutuhan seksual salah satu pihak atau hubungan yang hanya didasari oleh kepentingan ekonomi (finansial), hubungan dimana satu pihak banyak menuntut dan meminta sesuatu dan harus selalu dipenuhi oleh pasangan, tapi tidak berlaku sebaliknya, dan sebagainya."

Bagaimana menelisik sebuah hubungan mengarah kepada parasitisme? Ada empat ciri hubungan parasitisme yang harus diwaspadai, yaitu:

1. Salah satu pihak lebih dominan daripada pihak lainnya.2. Hubungan tidak dua arah. Salah satu pihak memiliki kewajiban lebih dari pada yang lainnya.3. Kebahagiaan yang tidak seimbang antara satu individu dan pasangannya.4. Menjalankan hubungan tidak lagi karena perasan cinta dan sayang namun berdasar adanya kewajiban.

Sebagian orang bisa menyadari bahwa dirinya berada pada relasi yang tidak sehat dan sangat merugikan. Di sisi lain, hanya menguntungkan pasangannya. Namun biasanya kebutuhan psikologis yang kuat seringkali mengurungkan niat mereka untuk mengakhiri hubungan.

Sebagai contoh, A sangat menyadari bahwa pasangannya memanfaatkan dia terutama dari sisi finansial. Namun A memiliki pemikiran bahwa "Jika saya memutuskan hubungan dengan dia, bagaimana kalau nanti saya tidak punya pasangan lagi?"

Rasa takut dan cemas akan kesendirian pada akhirnya membuat A memilih untuk bertahan pada hubungan parasit ini. Padahal, ia tidak sepenuhnya merasakan kebahagiaan dalam hubungannya dengan pasangan.

Kemudian ada sebagian orang yang tidak menyadari bahwa dirinya berada pada sebuah relasi parasit. Biasanya orang yang demikian memiliki ciri-ciri kepribadian seperti sangat self cautious dan cenderung mudah untuk menyalahkan diri sendiri.

"Ia melihat bahwa hubungan berpasangan harus didasari oleh pengorbanan sehingga sudah sewajarnya melakukan banyak hal dan berkorban untuk kesenangan serta kebahagiaan pasangannya. Alhasil, ia akan mendahulukan kepentingan pasangan ketimbang keinginan dirinya."

Hilman Hilmansyah