Keranjingan Selfie Pertanda Puber dan Berisiko Gangguan Psikologis!

By nova.id, Selasa, 28 April 2015 | 10:51 WIB
Keranjingan Selfie Pertanda Puber dan Berisiko Gangguan Psikologis (nova.id)

Tabloidnova.com - Perilaku selfie yang sekarang marak ditemui di berbagai kalangan masyarakat, juga banyak dilakukan oleh kelompok anak usia praremaja. Namun, benarkah selfie dapat menimbulkan gangguan psikologis?

Sebelumnya perlu dipahami, pada rentang usia praremaja ini, yaitu sekitar 10-13 tahun, anak biasanya sudah mulai mengalami pergolakan emosi atau psikologis karena secara alamiah dari segi fisik, biologis, maupun psikologis sedang berkembang pesat.

May Yustika Sari, M.Psi mengingatkan orangtua perlu mengenali sikap-sikap yang ditunjukkan anak dan mengarahkan agar terhindar dari hal-hal negatif yang mungkin saja terjadi, misalnya jika anak sudah keranjingan selfie.

"Selfie dapat ditinjau sebagai kegiatan untuk menunjukkan eksistensi, usaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, dan bentuk kekaguman pada diri sendiri," ujarnya.

Bila anak keranjingan selfie dan terus berusaha mengabadikan foto dirinya di setiap momen dengan berbagai pose hingga mengganggu kegiatan yang seharusnya dikerjakan, Anda patut turun tangan.

Misal, saat belajar anak justru melakukan selfie berkali-kali. Tak jarang selfie dilakukan tanpa memerhatikan faktor keamanan dan keselamatan, seperti selfie saat mengendarai kendaraan bermotor ataupun bersepeda. Nah, selfie dengan frekuensi dan intensitas tinggi tanpa melihat kondisi, ujar May, menunjukkan kemampuan kontrol diri yang rendah. Pasalnya, ia tidak dapat mengendalikan diri untuk menghentikan perilaku selfie dan melakukan kegiatan lain yang menjadi kewajibannya.

Penting juga diketahui, anak yang punya obsesi melakukan selfie agar hasilnya bagus, dirinya terlihat cantik atau tampan, dan mendapat banyak pujian dari orang lain, juga patut diwaspadai. Pasalnya, jika sudah demikian, selfie dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti gangguan kepribadian narsistik atau gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

"Orangtua sebaiknya membatasi penggunaan gadget yang biasanya menjadi sarana selfie. Misalnya, menyita gadget saat jam belajar dan jam tidur. Ajak anak melakukan kegiatan bersama di waktu tertentu agar tak melulu asyik dengan gadget.

Orangtua perlu juga memantau foto-foto selfie anak untuk memberi pengertian dan batasan pose seperti apa yang boleh dilakukan. Mengingat selfie dapat menimbulkan gangguan psikologis, maka orangtua harus peka apakah selfie yang dilakukan anak sudah mengarah pada kepribadian narsistik dan gangguan makan?

"Apabila sudah mengarah pada gangguan psikologis, maka orangtua wajib mencari pertolongan pada profesional seperti dokter dan psikolog."

Ciri gangguan psikologis narsistik di antaranya memerlukan pujian agar merasa baik, merasa marah, atau kesedihan yang mendalam bila mendapat komentar kurang menyenangkan tentang dirinya, dan merasa lebih baik dari orang lain.

"Sedangkan ciri gangguan makan adalah terganggunya pola makan sebagai manifestasi cara mengontrol berat badan. Anak yang mengalami gangguan ini akan berulang mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsinya atau justru melakukan diet yang berlebihan dan mengalami body image distortion (takut menjadi gemuk padahal secara obyektif kurus)."

Selain itu, banyaknya tren aplikasi mengedit foto selfie pun bisa membuat anak menjadi sulit menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya secara fisik. Anda harus mengingat ini dan membantu menumbuhkan rasa percaya diri anak terhadap bentuk tubuh dan wajah yang ia miliki.

Hilman Hilmansyah