Pusing Punya Ibu "Matre" (2)

By nova.id, Rabu, 9 Desember 2009 | 19:23 WIB
Pusing Punya Ibu Matre 2 (nova.id)

Jelas bahwa Anda sudah mampu melihat betapa menantangnya pekerjaan sebagai Kepala TK. Bisakah menghidupkan sekolah dengan uang sekolah anak-anak? Jawabnya, ya harus bisa dong, Bu. Tetapi, sekali lagi, jangan memulai semua hal baik dengan fokus pada uang. Ada atau tidak uangnya, percayalah, bila Anda bekerja tekun dan sungguh-sungguh, alumni TK Anda hebat di SD, maka murid pun akan bertambah. Orang tua yang puas karena anaknya sejak kecil sudah beragama dengan baik, pasti akan jadi iklan gratis buat TK Anda. Bila pada awalnya kelak Anda dapat masalah dengan guru senior yang ada di TK, ini adalah reaksi wajar yang hampir selalu ditampilkan sosok yang merasa diri lebih senior ketika datang pemimpin yang baru. Jangan dimusuhi Bu, sebaliknya jadikan ia rujukan untuk bertanya, minta pendapat, dan berdiskusi tentang masalah TK. Dengarkan dia dan buat kesan bahwa Anda menghargai masukan-masukannya, sehingga kalaupun kelak yang ia sampaikan tak Anda jalankan sepenuhnya, ia tetap merasa bahwa Anda sudah menghargainya dengan mendengarkannya.

Berikutnya, program yang jelas, komunikasi dengan para guru yang terbuka serta paling penting, tumbuhkan rasa percaya guru pada Anda. Inilah sendi-sendi berorganisasi yang akan membuat Anda mendapat dukungan dari subordinat alias anak buah Anda. Bagaimana kalau Anda tidak mengambil kesempatan mengambil alih TK? Ya, tidak apa-apa juga. Hidup kan, memang pilihan. Akan tetapi, ini berarti Anda akan jadi guru yang digaji bulanan sebagai honorer, sambil sesekali mendapat kesempatan menjadi guru tetap. Ikut ujian bersama ribuan orang, memperebutkan beberapa puluh posisi yang ada. Sekali lagi, tak apa-apa, yang penting tak ada penyesalan bila kelak, 5 atau 10 tahun lagi, Anda masih berada di posisi yang sama, menjadi guru honorer di SD di kampung Anda.

Selamat memilih, dan jalani apapun keputusan yang Anda ambil dengan kesediaan untuk menerima konsekuensi dari pilihan Anda. Salam manis.

Oleh: Dra. Rieny Hasan