Benarkah "Comfort Zone" Selalu Berkonotasi Negatif?

By nova.id, Jumat, 13 Maret 2015 | 03:51 WIB
Benarkah Comfort Zone Selalu Berkonotasi Negatif (nova.id)

Benarkah Comfort Zone Selalu Berkonotasi Negatif (nova.id)

"Foto: Getty Images "

Cerita Fathia lain lagi, kariernya melesat padahal ia terbilang anak baru di perusahaan tersebut. Jerih payah Fathia membuahkan posisi strategis, memiliki banyak anak buah yang kooperatif, dan kerap mendapatkan penilaian positif dari divisi lain. Fathia yang cemerlang ternyata malah mempertanyakan kemampuannya. Ia merasa dirinya bak "jago kandang". Ia ingin membuktikan diri, tapi dibayangi ketakutan harus memulai semuanya dari awal.

Febri dan Fathia memiliki kegelisahan yang berbeda. Namun, keduanya memiliki benang merah masalah yang serupa, yaitu kegelisahan yang muncul kala berada di zona nyaman alias comfort zone. Apa yang sebaiknya dilakukan?

Kurang MotivasiMenurut konsultan karier, Eda Arthaputri, S.Psi., dari Experd Consultant, comfort zone merupakan kondisi di mana seseorang merasa nyaman dan aman tapi tanpa kemajuan berarti. "Setiap manusia membutuhkan rasa aman dan nyaman. Tanpa rasa aman dan nyaman, seseorang tidak akan bisa bekerja. Dalam hal ini, comfort zone memberikan rasa aman serta rasa nyaman, but no progress."

Bila demikian, apakah comfort zone selalu berkonotasi negatif?

Kaum muda biasanya lebih mudah beradaptasi dengan comfort zone ini. Ketika merasa sudah waktunya berpindah, mereka akan segera berganti tempat atau lingkungan kerja. Tetapi ketika usia semakin bertambah, bertambah sulit pula untuk keluar dari comfort zone ini.

Zona nyaman bisa menjadi positif ketika kita merasa stres atau menghadapi hari-hari yang sulit. Karena pada lingkungan yang sudah sangat kita kenali itu, kita merasa aman. Tetapi jika terlalu lama berada dalam zona nyaman ini, kita jadi sulit mencapai tujuan kita yang semula.

"Comfort zone biasanya dikatakan sebagai kondisi negatif apabila orang tersebut tidak berupaya untuk berkembang." Pasalnya, comfort zone sering kali membuat seseorang merasa tidak tertantang untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada yang dimiliki pada saat ini. Salah satu alasannya adalah karena orang tersebut sudah berada dalam posisi nyaman.

"Ia umumnya cenderung menikmati yang sudah ada dan merasa puas dengan pencapaiannya," jelas Eda. Nihilnya motivasi tersebut membuat pencapaian yang lebih baik daripada sebelumnya sudah dicapai. "Artinya, comfort zone dikatakan negatif apabila kondisi tersebut menghalangi seseorang untuk menghadapi suatu tantangan yang mengembangkan dirinya."

Tak seperti anggapan kebanyakan orang, comfort zone sebenarnya tak terkait jangka waktu. Zona nyaman bisa teraplikasi pada berbagai macam situasi dan kondisi yang membuat seseorang cenderung merasa nyaman dengan kondisinya tersebut.

Akan tetapi, bicara soal jangka waktu bekerja, Eda mengakui bahwa lamanya seseorang bekerja di suatu perusahaan merupakan salah satu contoh kondisi comfort zone. "Hal tersebut dikarenakan seseorang sudah terbiasa dengan rutinitas kerja. Atau, jika berkaitan dengan bidang yang ditekuni, seseorang dapat merasakan sebuah comfort zone karena sudah merasa nyaman mengerjakan suatu hal yang ia kuasai."

Soca Husein