Mengulik Peluang Pasar Bisnis Kelas Menengah Muslim

By nova.id, Kamis, 12 Maret 2015 | 10:21 WIB
Mengulik Peluang Pasar Bisnis Kelas Menengah Muslim (nova.id)

TabloidNova.com - Ternyata ada pasar lain yang kini mulai dilirik banyak pelaku industri di tanah air. Ya, peluang bisnis kelas menengah muslim atau moslem middle class memang menjadi istilah baru yang mungkin baru kita dengar.

Menariknya, busana hijab bukan satu-satunya fokus utama dalam mendulang rupiah, seperti kecenderungan tren yang terjadi tiga tahun belakangan. Demikian dikemukakan oleh Diajeng Lestari, CEO HijUp, saat bincang-bincang santai bersama TabloidNova.com.

"Sekarang tidak hanya fashion saja kok. Peluang pasar bisnis kelas menengah muslim sudah merambah ke makanan, obat-obatan, produk kosmetik, perbankan, kecantikan, bahkan soal liburan atau travelling," ujarnya ketika ditemui pada acara ETU by Restu Anggraini Goes to Mercedes Benz Fashion Week Tokyo 2015 di Locanda Cafe, Sudirman, Jakarta, Kamis (12/3).

Perempuan yang memulai bisnis e-commerce pada tahun 2011 tersebut menangkap peluang ini ketika sudah terjun langsung dan berhadapan dengan banyak klien. Menurutnya, seiring kesadaran masyarakat dan bertumbuhnya pelaku industri yang mengusung kelas bisnis menengah muslim, maka kebutuhan soal beragam tersebut menjadi terpenuhi.

"Ini sebenarnya jadi segmen khusus, tapi mayoritas masyarakat Indonesia kan memang muslim sehingga semua hal jadi mengarah pada pemenuhan kebutuhan berdasar bisnis kelas menengah muslim," tambahnya.

Secara singkat, peluang bisnis kelas menengah muslim dimaksudkan sebagai istilah yang menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat muslim akan barang atau jasa yang tidak hanya halal dan berkualitas, namun juga baik dalam koridor syariat islam.

Selain pakaian, kebutuhan makanan kelas menengah muslim telah menjadi perhatian konsumen. Jika dunia perbankan syariah dan makanan telah lebih dulu diminati, maka semakin lama kebutuhan soal obat-obatan dan travelling juga ikut berpeluang.

"Needs akan hotel atau tempat hiburan yang dalam tanda kutip negatif sebenarnya sudah mulai disadari. Sekarang, malah hotel yang bernuansa family friendly lebih dipilih sebagian kelas menengah muslim," ungkapnya.

Pendapat Diajeng jelas membuahkan inspirasi bahwa peluang bisnis usaha bisa datang dari sisi mana saja. Pengamatan tren pasar yang berkembang sebaiknya menjadi acuan bagi Anda para pelaku bisnis, seperti yang dibagikan oleh Diajeng Lestari di atas.

Ridho Nugroho FOTO: Aquila style