TabloidNova.com - Indonesia beserta kekayaan hayati dan ragawinya memang tidak pernah akan habis untuk dieksplorasi. Ketika batik Indonesia serta tenun yang banyak berasal dari NTT, NTB, Jepara, Kalimantan dan Sulawesi merebut hati banyak peminatnya, kini kain songket pun mulai dilirik banyak masyarakat akan keuntungannya, tidak terkecuali para kolektor songket itu sendiri.
Salah satunya, Hidayat, yang bernaung di bawah label Taufik Art. Pria yang ditemui oleh TabloidNova.com dalam perayaan Hari Songket Nusantara di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, pada Jumat (19/12) lalu, mengaku profesi yang dijalaninya sekarang didasari kecintaan besar akan filosofi dan warisan budaya kain songket.
Taufik Art yang sudah berdiri 10 tahun lamanya memang menawarkan keragaman produk kain songket yang begitu indah dan memikat. Sejumlah songket kaya motif serta warna yang dihadirkan pada hari itu diakui Taufik hanyalah sebagian kecil dari yang ia miliki. Namun, setiap helai kain yang dipajang atau dipamerkan menurutnya punya arti tersendiri.
"Songket itu dibuat oleh nenek moyang di zaman dahulu penuh makna dan filosofi, jadi tidak sembarangan. Saya memburu songket ke seluruh pelosok Sumatera, seperti Jambi, Riau, Padang, Bengkulu, Lampung dan sebagainya dan masing-masing songket punya cerita sendiri" ujar Hidayat yang hari itu tampil berbusana songket gaya kontemporer.
Bukan kolektor namanya jika tidak menemukan perjuangan dan kesulitan demi mendapatkan koleksi yang diinginkan. Hidayat memaparkan pula bagaimana sebuah songket sangat berarti bagi sebuah keluarga sehingga tidak mau dilepas berapapun rupiah yang disodorkan.
"Saya pernah ketemu songket turun temurun dari sebuah keluarga. Songketnya hanya dipakai untuk keturunan bangsawan zaman dulu, dirayu untuk mau dijual dengan cara apapun butuh proses waktu. Songket itu akhirnya dipakai hanya untuk acara keluarga khusus seperti pernikahan" kenang Taufik.
Begitu berharganya arti songket bagi sebagian pecintanya, tak pelak membuat sebuah helai songket juga bernilai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Biasanya, yang menyebabkan hargnya melambung tinggi karena songket tersebut sudah berusia puluhan atau ratusan tahun.
"Ini adalah beberapa contoh songket langka warisan raja dulu kala. Songket ini berumur 150 tahun dan sampai sekarang masih awet padahal dipakai hanya untuk pijakan kaki raja saat masuk ke istana, sekarang dipakai untuk karpet pengantar penganten adat" kata Hidayat sembari menunjukkan songket yang dimaksudnya.
Untaian benang emas dalam palet mencolok yang mewah tidak hanya satu keistimewaan dari kain songket kuno. Kandungan emas murni serta metal atau baja ternyata tersematkan di beberapa songket kuno yang dijual dalam kisaran harga cukup fantastis yakni, Rp. 10 Juta hingga Rp. 30 Juta. Angka yang fantastis tersebut menjadikan kain songket sekarang ini bisa dimiliki oleh pembeli dari masyarakat kelas menengah ke atas.
"Asyiknya selain menjalankan hobi dan bisnis, saya bisa berkesempatan ketemu orang ternama seperti publik figur atau pejabat. Jujur mereka bisa menghargai songket sesuai usia, material dan filosofisnya" ujar Hidayat yang mengakui besarnya peluang bisnis sebagai kolektor kain songket kuno.
Hal menarik, Hidayat berhasil membuat label Taufik Art berkembang besar dan menyeret anggota keluarga lainnya untuk terjun langsung membantunya. Selain kain songket kuno, beragam jenis songket biasa lainnya mulai dari harga Rp. 500 Ribu ke atas hingga Rp. 4 Jutaan juga dijual di Taufik Art.
"Ini mereka adalah adik kandung saya, kakak ipar saya, kakak kandung saya yang ikut membantu di Taufik Art. Bicara soal omset susah diprediksi karena fluktuatif, tapi sangat menjanjikan kok, yang penting produk bervariasi dan masih terjangkau harganya, harus jujur, jaga kualitas dan promosi ke pasar" saran Hidayat.
Ridho Nugroho
Foto-foto: Agus Dwianto/NOVA
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR