TabloidNova.com - Besarnya minat masyarakat terhadap mode sekarang ini mau tak mau membuka peluang sangat besar bagi industri garmen dan para insan kreatif, tidak terkecuali perancang busana. Sepuluh tahun lalu mungkin terasa sulit menemukan sekolah atau lembaga pendidikan resmi yang mengajar ilmu mode dan tata busana. Namun seiring bertumbuhnya minat masyarakat akan mode, semakin banyak tempat kursus atau sekolah mode dibuka untuk melahirkan talenta-talenta baru.
Namun, apakah cukup hanya bisa menggambar busana saja untuk menjadi seorang perancang busana? Nyatanya tidak, karena banyak faktor yang perlu dipersiapkan dan dipelajari demi menekuni profesi yang kini digemari kalangan generasi muda.
"Menjadi seorang fashion designer itu tidak cukup hanya bisa membuat gambar saja, tapi juga harus bisa membuat pola, memiliki selera baik, pandai membaca karakter dan ukuran tubuh, memahami fabric, memahami teknik potongan dan lain sebagainya," papar Musa Widyatmodjo, desainer senior serta dewan Pembina APPMI Pusat kepada TabloidNova.com.
Lalu, apa saja kiat memulai profesi sebagai perancang busana?
Dua desainer pendatang baru, Mega dan Sofia Sari Dewi, mengisahkan bagaimana mereka mantap beralih profesi sebagai perancang busana karena didorong kecintaan pada dunia mode sejak kecil serta berbekal wawasan soal desain.
Mega, yang berlatar belakang pendidikan ilmu pendidikan desain produk di Universitas Paramadina dan Sekolah Ilmu Pengajaran Tata Busana Susan Budiharjo pada tahun 2014, sekarang menjadi salah satu desainer di butik SwansTwenty. Selain modal uang dalam jumlah cukup besar, terdapat elemen penting lain yang diakuinya perlu disiapkan sebelum menjadi perancang busana.
"Kalau modal dari biaya belajar di sekolah mode jurusan fashion design sampai sekarang sih tidak tahu ya berapa karena saya sekolah selama satu tahun yang dipenuhi praktek. Tapi jika dihitung dari start memulai untuk SwansTwenty ini mungkin kisaran 200 juta ke atas," ungkapnya saat ditemui TabloidNova.com pada peluncuran lini busana keduanya yang berlabel Nimonina di Gandaria, Jakarta, Rabu (3/11).
Angka yang cukup besar ini pun harus disertai dengan pengalaman, keahlian, kemampuan membaca tren mode dan segmentasi pasar, teknik jahit-menjahit, dan lain sebagainya. Mega yang juga sempat berprofesi sebagai model ini juga menyetujui bahwa profesi perancang busana memerlukan inovasi kreatif, orisinalitas, serta pengetahuan soal styling busana.
"Wah, kriteria menjadi fashion designer memang banyak sekali dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Cuma yang jelas, fashion designer juga harus paham dunia marketing, bagaimana mempromosikan diri, brand, serta koleksinya. Karakter, kualitas, dan orisinalitas menjadi syarat paling utama dan juga harus mau belajar," saran Mega.
Ridho Nugroho