Raffi Ahmad, Si Playboy Yang Cinta Keluarga (1)

By nova.id, Rabu, 21 Januari 2009 | 01:32 WIB
Raffi Ahmad Si Playboy Yang Cinta Keluarga 1 (nova.id)

Bagiku, Papa adalah orang yang paling mempercayaiku sebagai anak laki-lakinya. Beliau tidak pernah mengaturku secara berlebihan, karena dia sebenarnya orang yang cukup santai. Anak-anaknya cukup diberitahu dan diajarkan benang merah apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Asalkan anaknya mengikuti benang merah tadi, Papa sudah bisa melepaskan anaknya untuk mandiri. Seminggu lebih aku dirundung kesedihan sepeninggal Papa, tapi kemudian aku ingat kalau hidup harus terus berjalan dan aku yakin, semua ini adalah yang terbaik untuk kami semua.

Kalau mengingat perjalanan karierku, Papa adalah sosok yang bisa dibilang paling berpengaruh. Lewat kepercayaan dan dukungannya padaku dengan memberikan kebebasan sehingga menjadikanku seperti sekarang. Pokoknya aku tidak akan pernah lupa dengan semua jasanya. Kalau suatu hari nanti aku mempunyai anak, aku pasti akan mendidiknya dengan cara Papa.

Mama juga mempunyai peranan yang berarti di hidupku, karakternya hampir sama santainya dengan Papa. Hanya bedanya, Papa lebih tegas dibanding Mama, bisa dibilang Mama itu manja tapi funky dan cantik. Ya namanya juga ibu-ibu, hehe. Kalau dulu aku takut dengan Papa, sekarang sepeninggal Papa, aku juga takut dengan Mama. Takut menyakiti perasaannya, itu saja, karenanya sebisa mungkin aku menghindari berantem dengannya.

Selain Mama, kedua saudaraku juga harta yang paling berharga di hidupku. Mereka adalah Annisa Saadia Ifat dan Syahnaz Sadiqah, bagiku mereka titipan dari Tuhan yang harus aku jaga. Mereka, terutama setelah Papa meninggal, harus aku jaga, setidaknya sampai mereka menikah. Seperti yang kubilang, aku adalah orang yang cuek, tapi tidak begitu jika berhadapan dengan adik-adikku.

Setiap hari, aku usahakan agar tetap berkomunikasi, namun aku tak ingin menjadi kakak yang galak dan penuh aturan. Aku lebih senang jika semua berjalan dengan demokratis. Karenanya, apapun langkah yang mereka ambil, aku selalu mengingatkan mereka dengan segala resiko yang akan dihadapi, persis seperti cara Papa. Sejak saat itu, aku menjadi tulang punggung keluarga, tapi aku tidak pernah menjadikannya sebuah beban karena ini sudah menjadi jalannya. Lagipula dari dulu kan, aku selalu memberikan uang hasil kerjaku untuk Mama.Astrid Isnawati Foto: Ahmad Fadillah, dok. kawanku