Raffi Ahmad, Si Playboy Yang Cinta Keluarga (1)

By nova.id, Rabu, 21 Januari 2009 | 01:32 WIB
Raffi Ahmad Si Playboy Yang Cinta Keluarga 1 (nova.id)

Dengan kesibukan yang semakin menggila, Raffi melebarkan sayapnya. Tidak hanya di dunia akting, tapi juga menyanyi hingga menjadi presenter. Soal cinta? Raffi juaranya.

20 episode "Tunjuk Satu Bintang" tuntas dikerjakan, mulailah aku memasuki sinteron lainnya yaitu "Senandung Masa Puber" (SMP). Sebagai pemeran utama, porsi yang kudapatkan lumayan banyak, kebetulan juga respon masyarakat dengan sinetron ini cukup bagus, sehingga namaku mulai dikenal banyak orang. Aku sendiri sama sekali tidak berubah, tetap santai dan cuek. Paling sejak itu kalau sedang jalan-jalan di mal, orang-orang suka memanggil namaku. Hehehe, aku sih senyum-senyum saja. Kebiasaan ini terbawa hingga kini karena aku selalu menghargai fansku, sebisa mungkin aku pasti akan selalu tersenyum untuk mereka.

Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan selama syuting SMP. Misalnya karena semuanya pemain baru seperti Bunga Citra Lestari, Laudya Chintya Bella, Zaskia Adya Mecca, Irwansyah, dan banyak lagi, kami semua bersama-sama belajar berakting di sana. Istilahnya, teman seperjuangan. Sampai sekarang, aku masih tetap kontak dan berteman baik dengan mereka. Aku juga bersyukur, aku dan teman-temanku di SMP sampai hari ini, masih bisa berkreasi di dunia hiburan.

Di masa-masa SMA ini juga, aku berpacaran dengan Bella. Banyak yang menyangka aku masih menyimpan rasa terhadap Bella, sebenarnya kami dekat hingga saat ini karena kami berdua berbarengan meniti karir dan sampai sekarang masih bersahabat. Bagiku, semua mantan pacarku sama-sama berartinya, koq.

Setelah itu, tawaran demi tawaran menghampiriku, dari mulai sinetron sampai film dan aku sengaja menangani semua sendiri, karena aku selalu berpikir, "Kalau aku mampu, kenapa tidak?" Aku pun semakin sibuk dengan film pertamaku, "Ada Hantu di Sekolah". Aku sengaja menerima peran ini, karena aku ingin sekali bermain film lagipula aku bukan penakut malah penasaran tentang hal mistis. Total sebanyak tiga film horor sudah kumainkan hingga saat ini, dan selama itu pula, aku belum pernah mengalami kejadian aneh atau menyeramkan di lokasi syuting.

Sebenarnya, aku ingin sekali melanjutkan kuliah tapi kalau melihat jadwalku yang padat sekali rasanya keinginan itu harus ditunda, daripada semuanya keteteran. Sekarang saja, aku syuting tiga stripping sekaligus! Kalau nanti sudah ada kesempatan, aku ingin mengambil jurusan Manajemen Bisnis dan menjadi pengusaha. Pokoknya, aku mengumpulkan uang sebagai modal nanti tinggal dikembangkan dengan cara berbisnis. Sekarang, aku sudah mulai menjajali dunia bisnis dengan mendirikan klub di Bali bersama temanku, Baim Wong.

Ditinggal PapaTiga tahun lalu, saat aku berumur 18 tahun, Papa meninggal dunia karena sakit. Sempat ada rasa menyesal, terlebih lagi kalau ingat aku tidak bisa mengabulkan keinginan terakhir Papa. Sebenarnya, keinginan beliau sangat sederhana yaitu membuat foto keluarga. Namun karena kecapekan dengan jadwal syuting yang luar biasa padat, aku selalu menunda-nunda kepulanganku ke Bandung. Aku ingat, waktu itu aku bilang, "Kamis saja fotonya." Tanpa disangka-sangka, Rabu malam, saat di lokasi syuting "Extravaganza ABG", adikku menelpon sambil menangis tak karuan. Dia mengabarkan kalau Papa sudah meninggalkan kami semua, aku pun langsung pergi ke Bandung.

Bagiku, Papa adalah orang yang paling mempercayaiku sebagai anak laki-lakinya. Beliau tidak pernah mengaturku secara berlebihan, karena dia sebenarnya orang yang cukup santai. Anak-anaknya cukup diberitahu dan diajarkan benang merah apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Asalkan anaknya mengikuti benang merah tadi, Papa sudah bisa melepaskan anaknya untuk mandiri. Seminggu lebih aku dirundung kesedihan sepeninggal Papa, tapi kemudian aku ingat kalau hidup harus terus berjalan dan aku yakin, semua ini adalah yang terbaik untuk kami semua.

Kalau mengingat perjalanan karierku, Papa adalah sosok yang bisa dibilang paling berpengaruh. Lewat kepercayaan dan dukungannya padaku dengan memberikan kebebasan sehingga menjadikanku seperti sekarang. Pokoknya aku tidak akan pernah lupa dengan semua jasanya. Kalau suatu hari nanti aku mempunyai anak, aku pasti akan mendidiknya dengan cara Papa.

Mama juga mempunyai peranan yang berarti di hidupku, karakternya hampir sama santainya dengan Papa. Hanya bedanya, Papa lebih tegas dibanding Mama, bisa dibilang Mama itu manja tapi funky dan cantik. Ya namanya juga ibu-ibu, hehe. Kalau dulu aku takut dengan Papa, sekarang sepeninggal Papa, aku juga takut dengan Mama. Takut menyakiti perasaannya, itu saja, karenanya sebisa mungkin aku menghindari berantem dengannya.

Selain Mama, kedua saudaraku juga harta yang paling berharga di hidupku. Mereka adalah Annisa Saadia Ifat dan Syahnaz Sadiqah, bagiku mereka titipan dari Tuhan yang harus aku jaga. Mereka, terutama setelah Papa meninggal, harus aku jaga, setidaknya sampai mereka menikah. Seperti yang kubilang, aku adalah orang yang cuek, tapi tidak begitu jika berhadapan dengan adik-adikku.

Setiap hari, aku usahakan agar tetap berkomunikasi, namun aku tak ingin menjadi kakak yang galak dan penuh aturan. Aku lebih senang jika semua berjalan dengan demokratis. Karenanya, apapun langkah yang mereka ambil, aku selalu mengingatkan mereka dengan segala resiko yang akan dihadapi, persis seperti cara Papa. Sejak saat itu, aku menjadi tulang punggung keluarga, tapi aku tidak pernah menjadikannya sebuah beban karena ini sudah menjadi jalannya. Lagipula dari dulu kan, aku selalu memberikan uang hasil kerjaku untuk Mama.Astrid Isnawati Foto: Ahmad Fadillah, dok. kawanku