Kasus Natasha, Apa yang Jadi Penyebab Hubungan Inses?

By nova.id, Sabtu, 21 Februari 2015 | 04:20 WIB
Kasus Natasha Apa yang Jadi Penyebab Hubungan Inses (nova.id)

TabloidNova.com - Natasha Rose Chenier (27) ditinggalkan sang ayah sejak dirinya masih dalam kandungan ibunya. Kelak, ia berusaha menemukan sang ayah. Yang terjadi kemudian, ketertarikan seksual Natasha dan sang ayah tumbuh ketika akhirnya bertemu di usia remaja.

Natasha bukan satu-satunya perempuan yang menjadi korban hubungan inses. Putri mendiang penyanyi Whitney Houston, Bobbi Kristina, juga menjalani hubungan inses dengan saudara tirinya, Nick Gordon. Tokoh terkenal lain yang terlibat hubungan inses adalah sutradara Woody Allen, yang menikahi putri adopsinya, Soon-Yi Previn.

Apa sebenarnya penyebab hubungan inses?

Yang disebut inses adalah aktivitas seksual antara anggota keluarga atau kerabat dekat. Hal ini umumnya melibatkan aktivitas seksual antara orang di dalam hubungan darah, dan kadang-kadang yang memiliki hubungan dekat. Misalnya, orang-orang dalam rumah tangga yang sama, keluarga tiri, mereka yang terhubung karena adopsi atau pernikahan, atau anggota suku atau garis keturunan yang sama.

Pakar hipnoterapi perilaku dan ahli regresi Nicolas Aujula mengatakan, bahwa dia telah menangani sejumlah pasien yang memiliki hubungan inses atau hubungan sedarah. Studinya mengenai penyebab hubungan inses ditampilkan dalam film dokumenter Taboo Hunters.

"Bentuk inses yang paling umum adalah antara saudara kandung, yang lebih mudah terjadi ketika anak yang lebih tua laki-laki, dan memaksa adik perempuannya terlibat kontak seksual, biasanya selama masa pubertas. Jarang terjadi jika pihak perempuannya lebih tua daripada yang laki-laki," paparnya.

Hubungan sedarah antara ayah kandung atau ayah tiri dengan anak perempuan berada di peringkat kedua. Ketika hubungan inses melibatkan anak-anak, hal ini jelas merupakan suatu penganiayaan seksual yang dipicu oleh perilaku mendominasi, dan perilaku menyimpang yang terjadi pada masa kanak-kanak.

"Bisa juga muncul suatu kenikmatan pada pihak penganiaya, untuk memulihkan kembali pengalaman diremehkan atau diperlakukan tidak adil di masa lalu," ujar Aujula.

Menurutnya, 50 persen kasus ketertarikan seksual genetik terjadi ketika anggota keluarga bertemu untuk pertama kalinya sebagai orang dewasa. Karena, biasanya ada ketertarikan emosional yang kuat, yang berubah menjadi perasaan seksual. Meskipun begitu, tidak semua ketertarikan seksual genetik berlanjut dalam tindakan seksual.

"Salah satu penjelasan (yang dapat dimengerti) adalah, orang cenderung memilih pasangan yang menyerupai dirinya secara fisik dan mental. Hal ini disebut kawin asortatif," jelasnya.

Aujula mengatakan, ketika menghipnotis pasien dengan kasus hubungan sedarah, dalam tingkat bawah sadar yang mendalam umumnya mereka mengungkapkan adanya penolakan pada masa kanak-kanak. Mereka merasakan kebutuhan untuk mencari persetujuan kekeluargaan melalui tindakan inses tersebut. Itulah persoalan mendasar yang menjadi penyebab hubungan inses.

Dini Felicitas/The Daily Mail