Mengasyikan, Bu. Karena, seperti kata pepatah "What you can not measure, you can not manage", dengan memakai standar yang terukur ini, akan timbul gairah (passion) yang memotivasi suami istri juga anak-anak untuk terus mencoba mencapai tujuan dalam hidupnya yang telah disepakati bersama tadi. Selama kita tahu, apa yang kita kejar dan apa pula indikator kemajuan dan pencapaiannya maka energi pun akan kita fokuskan ke sini.
Ke suami, mulailah dengan bicara tentang berapa banyak uang yang disimpan, untuk apa saja akan dipakai dan apa cita-cita di benaknya. Insya Allah, ini akan menyadarkannya bahwa segala hal baik di dunia ini punya batasan waktu (time bound, bahasa kerennya). Contoh Bu, ada suami mengatakan "Saya mau baik ah, pada istri saya, tapi sekarang mah belum." Dan sebelum sempat melaksanakannya, sang istri keburu meninggal. Dia tidak mengatakan hal baik, Bu, sekali lagi tidak, karena tanpa satuan waktu judulnya adalah enggak janji! Yang dikatakan sang suami adalah buah bibir saja, not even, niat baik, karena niat baik pun harus ada syarat utamanya, yaitu kapan mau diwujudkan.
Tips dari saya untuk membangun harmoni perkawinan jarak jauh, pada hubungan telepon yang Anda lakukan, selalu mulai dengan berita baik dan bukan keluhan. Lalu, kemaslah kegalauan dan kekhawatiran tentang suami dengan kalimat-kalimat positif dan bukan menuduh atau menyalahkan, "Mas mah enak, sibuk kerja, capek, terus pulang, tidur. Enggak sempat kangen sama aku, kan? Aku yang di rumah, sudah anak nakal-nakal, kalau malam kesepian, ah enggak ada enak-enaknya." Tentu terdengar tidak nyaman karena meletakan Anda pada posisi yang tidak enak dan yang enak ada pada suami.
Mengapa tidak katakan seperti ini, "Kalau badan lelah, tidur bisa nyenyak, ya, Mas? Aku ini, lho, sering susah tidur, kangen sama Mas, apalagi kalau anak-anak nakal terus seperti hari ini. Coba Mas ada, ya?" Maksudnya sama Bu, cepat pulang, dong, tapi terdengarnya beda, ya?
Nah, dengan teknik bicara yang lebih baik seperti kita bahas di atas, mudah-mudahan suami bisa lebih terbuka menceritakan rencananya pada Anda, kapan sebenarnya dia akan pulang. Paling tidak, pulang untuk kemudian pergi lagi.
Bila dengan satuan waktu yang dia canangkan, Anda pikir, Anda tidak kuat lagi melanjutkan perkawinan ini, utarakan baik-baik. Biar bagaimanapun Anda juga berhak untuk merasa happy, kan? Tapi, jangan terlalu cepat membuat atau mengambil keputusan drastis untuk bercerai sebelum pembicaraan dari hati ke hati dengan suami tuntas, ya, bu? Mudah-mudahan saja ALLAH menggerakan hati suami untuk berkumpul bersama keluarga tahun ini. Ayo, Bu! Dicoba ya, jangan biarkan diri Anda sedih berkepanjangan tanpa melakukan apa-apa.
Salam sayang
Asuhan: Dra. Rieny Hasan