Sely Martini, Optimis Bersihkan Indonesia dari Korupsi

By nova.id, Senin, 22 September 2014 | 08:49 WIB
Sely Martini Optimis Bersihkan Indonesia dari Korupsi (nova.id)

Bahkan, aktivis Indonesia belajar banyak dari Aruna Roy soal kebebasan informasi publik sejak tahun 2006. "Makanya saya surprise sekali, kok, saya bisa masuk ke radar mereka," tukas Sely. Ibu tiga anak ini pun tak tahu bagaimana proses dirinya masuk menjadi nominator. Yang jelas, "Mereka punya tim riset sendiri untuk mencari nominasi dari seluruh dunia."

Pada akhirnya, memang tak penting lagi bagaimana cara penyelenggara Honesty Award mendengar kiprah Sely. Melalui website resminya, profil Sely dan ICW sebagai organisasi kemasyarakatan dijabarkan. Setiap orang dari seluruh dunia bebas memberikan pilihan. Dari situ, "970 suara berasal dari Indonesia. Tapi yang membuat saya senang, apresiasi dari negara lain sangat tinggi. Dari Jerman ada sekitar 2000-an suara. Belum lagi dari Belanda, Jepang, Australia, Brazil, dan lain-lain."

Sely meraih 54 persen dari total 6.700 suara yang masuk. "Ini sebuah momen yang penting untuk memberitahu dunia, bahwa di negara yang terkenal korup ada aktivis-aktivis anti korupsi yang berintegritas," ujarnya.

Dengan memenangi penghargaan ini, sebut Sely, ICW menjadi referensi LSM yang modern di Indonesia. "Yang tadinya tidak tahu kerja ICW, sekarang mereka tahu. Yang tadinya tidak kenal saya, jadi mau ikut membantu. Ini, kan, bagus sekali."

Tak Mau PensiunPekerjaan memburu koruptor sesungguhnya memang tak mengenal waktu. Sely pun mengakui, "Setiap saat ada saja kasus baru." Namun baginya, pekerjaan ini tak sekadar pekerjaan biasa. "Ini adalah hidup saya. Juga hidup anak-anak dan keluarga saya," tukas wanita yang berdomisili di Bandung ini.

Beruntung sang suami, Rizqy Abdulharis, selalu memberikan dukungan. Memiliki sensitivitas yang sama tentang keadilan, Rizqy yang merupakan dosen Ilmu Geodesi di ITB juga seorang aktivis di kampus.

Kepada Garald (7), Kalila (5), dan Azad (4), Sely pun selalu menceritakan kasus-kasus yang dihadapinya dengan bahasa sederhana khas anak-anak. "Misalnya mereka tanya kenapa saya harus ke Jakarta, saya cerita bahwa ada uang untuk membangun gedung sekolah yang sedang saya usahakan supaya tidak diambil orang jahat. Atau mereka tanya kenapa saya harus jauh-jauh ke Pontianak, saya bilang harus melindungi orangutan yang rumahnya mau diambil orang jahat," papar Sely.

Secara berkala, Sely memang berangkat ke pelosok-pelosok negeri untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Ia mengajari masyarakat desa untuk mengenali tindak korupsi di daerah mereka dan cara melaporkannya kepada pihak berwajib. Di desa-desa itulah, Sely kerap menemui ketidakadilan lantaran korupsi.

Setiap kali ia melihat ada masyarakat kecil terusir dari tanahnya atau dibakar rumahnya oleh penguasa nakal, "Semangat saya untuk membantu mereka berkobar lagi. Ternyata masih banyak pekerjaan rumah, banyak masyarakat yang butuh bantuan. Itulah mengapa saya tak mau pensiun dalam waktu dekat. Ha... ha... ha..."

Setiap hari berkutat dengan berbagai kasus korupsi juga tak lantas membuat Sely pesimis dan apatis. "Untungnya saya dan teman-teman di ICW adalah orang-orang yang optimis. Membersihkan Indonesia dari jerat korupsi adalah hal yang sangat mungkin, asal masyarakat mau bersama-sama ikut berpartisipasi," pungkasnya.

Astudestra Ajengrastri