TabloidNova.com - Tak sedikit suami dan istri yang memiliki pola asuh berbeda saat membesarkan buah hatinya. Perbedaan pola asuh antara suami dan istri tentu bisa berdampak negatif bagi anak. Beberapa dampak akan segera terlihat, namun sebagian lainnya baru akan muncul pada saat anak beranjak dewasa.
Berikut adalah dampak jika suami dan istri menerapkan pola asuh berbeda:
1. Anak akan merasa bingung, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, dan apa sebenarnya perilaku yang diharapkan ia lakukan.
2. Konflik antara suami dan istri yang berasal dari perbedaan pola asuh biasanya akan memberi kesempatan pada anak untuk berada di antara keduanya, kemudian memanipulasi situasi demi "keuntungan" pribadi. Ini tentu saja tidak baik untuk jangka panjang, karena akan menelurkan sifat-sifat tidak jujur, manipulatif, dan terciptanya hubungan tanpa apresiasi maupun empati.
3. Anak-anak bisa saja merasa bersalah karena telah membuat ayah atau ibunya berkonflik.
4. Jika perseteruan antara ayah dan ibu berlangsung lama dan sering, anak-anak bisa merasa cemas dan depresi karena bingung dan merasa telah membuat ayah dan ibunya bertengkar.
5. Anak-anak akan memihak salah satu pihak, entah ayah atau ibu, yang mereka anggap lebih baik atau lebih banyak memberi mereka hadiah serta keleluasaan.
6. Pola asuh yang berbeda juga akan membuat empati anak-anak rusak atau terganggu karena terbiasa melihat konflik. Anak-anak ini akan menjadi semacam "arena perang" bagi orangtua ketimbang sebagai anak yang dibesarkan oleh orangtua dengan penuh kasih sayang.
7. Pada saat dewasa, anak-anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan pola asuh berbeda, akan merasa bahwa pernikahan bukanlah sebuah hubungan yang ideal. Ini juga bisa membentuk pola pikir untuk tidak memiliki anak di kemudian hari. Atau, anak akan mengulangi pola yang terjadi pada orangtua, yaitu dengan menerapkan pola asuh berbeda, sehingga masalah ini menjadi siklus yang terus berulang.
8. Anak-anak kemungkinan tumbuh menjadi seorang dewasa yang selalu merasa tertekan atau cemas akibat konflik yang terekam dalam benak mereka.
Namun, selain sisi negatif, tentu masih ada sisi positf dari perbedaan pola asuh ini. Jika saja orangtua mampu menyatukan kedua pola asuh yang berbeda dengan adil dan kooperatif, anak akan melihat bahwa perbedaan pun ternyata bisa menjadi sesuatu yang produktif.
Pasalnya, memang tak ada orangtua yang sama persis dalam hal pola asuh. Anak-anak pasti akan memahami hal ini dan bisa menggunakannya secara sehat jika kedua orangtua memberikan suport maksimal.
Hasto Prianggoro/Dari berbagai sumber