Di saat mereka sedang mengumpulkan kekuatan untuk bangkit, sekitar tiga bulan kemudian Helmi Azis menyusul Iman. Seperti Iman, Helmi meninggal karena penyakit darah tinggi.
Ini jadi "pukulan" kedua buat ST 12, sebab selama ini Helmi jadi pendukung mereka di saat dalam segala. Ide titip edar ke stasiun radio datang dari Helmi, pun modal pembuatan album perdana yang mencapai Rp 500 juta. Kepergian dua orang yang berpengaruh di ST12 itu sempat membuat personel yang lain kehilangan semangat. "Tapi kami secara perlahan akhirnya bangkit kembali. Kami bertekad agar perjuangan Iman dan Helmi Azis tidak sia-sia begitu saja," ucap Pepep.Tanpa sengaja, ST12 menemukan cara titip edar yang baru, yakni lewat stasiun yang mengkhususkan pada musik dangdut karena di radio sebelumnya mereka selalu dipandang sebelah mata. "Ini jalan yang diberikan Tuhan. Radio dangdut justru memiliki rating lebih tinggi dibanding radio-radio segmen. Pendengarnya yang berada di pelosok jadi pangsa ST12. Makanya, ketika kami melakukan promosi album pertama, enggak ada di teve. Kami lebih banyak show di daerah. Banyak band-band terkenal kalau show di kota kecil tidak seramai show ST12," kata Charly bangga.
Sukses di album perdana, Jalan Terbaik, membuat mayor label Trinity menggaet ST12. Kini ST12 sudah menjelajah nusantara. Album pertamanya ditaksir terjual sampai 400 ribu keping. Bahkan untuk versi ring back tone (RBT), lebih laku lagi. Lagu Puspa yang kini sering terdengar di mana-mana pun, kini mengiringi keberhasilan album kedua ST12 yang didedikasikan buat almarhum Iman.
Mereka telah menuai buah manis dari bibit yang disemai di tanah tandus.Tumpak Sidabutar
Foto : Ahmad Fadillah