Usaha Minyak Asiri Beromzet Miliaran Rupiah

By nova.id, Kamis, 11 Juli 2013 | 04:51 WIB
Usaha Minyak Asiri Beromzet Miliaran Rupiah (nova.id)

Usaha Minyak Asiri Beromzet Miliaran Rupiah (nova.id)
Usaha Minyak Asiri Beromzet Miliaran Rupiah (nova.id)
Usaha Minyak Asiri Beromzet Miliaran Rupiah (nova.id)

"Khafidz memiliki impian, suatu saat nanti kendal dikenal sebagai pusat essential oil in the world. (Foto: Dok Pri) "

Omzet usaha minyak asiri milik Anda kini mencapai Rp2 miliar per tahun. Kok, bisa di usia relatif muda sudah memiliki usaha sebesar ini ?

Usaha ini tak serta merta besar, tapi memerlukan perjuangan panjang yang penuh liku. Semua ini saya bangun dengan tenaga dan kesungguhan. Salah satu yang mendorong saya berusaha keras adalaha latar belakang saya yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di desa.

Saya lahir dan besar di Desa Ngargosari, Sukorejo, Kec. Kendal (Jateng), sebuah desa dengan ekonomi dan latar belakang pendidikan masyarakat yang rendah. Rata-rata pekerjaan masyarakat di desa hanya buruh tani. Selepas SMA, saya gembira karena keinginan saya melanjutkan kuliah tercapai setelah pihak kabupaten berjanji memberikan beasiswa setelah saya diterima di Teknik Industri Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama, karena sebuah kesalahan, pemda setempat membatalkan program beasiswa itu.

Lalu?

Oleh karena sudah di terima di UIN, ya, mau tak mau saya lanjutkan saja. Persoalannya, karena saya tak punya biaya cukup, terpaksa untuk membayar uang masuk universitas sebesar Rp1,4 juta bapak saya di kampung jual kambing peliharaan yang laku Rp1,6 juta. Sisanya, untuk tambah-tambah biaya hidup.

Pada semester pertama kuliah, supaya irit biaya, saya tidak kos tapi menumpang tidur di masjid, tapi tak lama kemudian ada orang yang mau membantu agar saya tinggal di kontrakannya.

Menginjak semester dua, saya memutuskan hidup mandiri dan tidak lagi minta bantuan orangtua (Khafidz adalah anak ke-3 dari empat bersaudara pasangan Mistam (55) dan Surya (55), pasangan buruh tani, Red.). Lantaran tak ada lagi kiriman uang dari kampung, di sela-sela kuliah saya kerja serabutan. Dari membantu anak-anak kos angkat galon air mineral, angkut-angkut barang yang pindah kos, sampai pernah jualan burung yang saya dapat dari desa. Pokoknya apa saja, yang penting ada pemasukan. Di tengah kesulitan itu, lalu muncul ide.

Apa itu?

Saya coba membuka warung akringan di kawasan kampus UGM. Dengan modal uang Rp500 ribu pinjaman dari teman, saya sewa gerobak sehari Rp3 ribu, dan sisanya saya belanjakan bahan-bahan. Jadi, aktivitas saya dari pagi sampai siang adalah kuliah, kemudian sepulang kuliah saya pergi ke pasar untuk kulakan bahan. Dan mulai jam 17.00 saya buka angkringan sampai dini hari, begitu seterusnya. Pokoknya sehari semalam saya maksimal hanya bisa tidur 3 jam saja.