Bagaimana awalnya membuat les musik untuk anak berkebutuhan khusus?
Ceritanya panjang. Semula saya buka kursus musik yang umum, bukan untuk anak berkebutuhan khusus. Suatu saat, ada salah satu orangtua bertanya, "Apakah Anda bersedia menerima kursus untuk anak saya yang berkebutuhan khusus?" Kata ibu itu, dokter menyarankan anaknya ikut terapi musik. Tanpa pikir panjang, saya menyanggupi. Berawal dari tahun 2003, saya kemudian terus menerima anak berkebutuhan khusus sampai sekarang.
Tentang mengajar piano, saya sebenarnya sudah melakukannya sejak lama sekali, bahkan semasa masih SMP. Saya, kan, keluarga yang suka musik. Bahkan, keluarga besar Papa, sebagian besar bisa main piano. Nah, sejak umur 3 tahun semasa tinggal di kota kelahiran di Pematang Siantar (Sumut), saya sudah les piano. Dua adik saya juga begitu, meski di antara tiga bersaudara, hanya saya yang menekuni musik sampai sekarang.
Tak hanya belajar, saya juga kerap ikut lomba dan berhasil menang, baik tingkat wilayah maupun nasional. Oleh guru piano, saya lalu dipercaya menjadi asistennya. Bahkan saat dia berhalangan, saya yang menggantikannya. Nah, tahun 1991 saat saya kelas 2 SMP, saya mulai memberi les privat.
Usia semuda itu sudah terpikir membuat les musik?
Ketika itu saya baru saja menang lomba. Namanya saja kota kecil, jadi prestasi saya sudah dianggap hebat. Tetangga minta saya mengajar anaknya yang kelas 6 SD. Lantaran usia enggak jauh berbeda, saya seperti mengajar teman sendiri. Awalnya saya tak menentukan biaya kursus. Namun orangtuanya tetap memberi amplop berisi uang Rp20 ribu.
Lama kelamaan, murid saya makin banyak. Di tahun kedua, saya mulai pasang harga. Patokannya sesuai dengan uang di amplop, ya, Rp20 ribu untuk tiap anak. Selanjutnya, saya terus mengajar sampai saya tamat SMA. Saya mengajar setelah semua urusan sekolah selesai.
Jumlah murid kian banyak, penghasilan pun sudah lumayan besar untuk ukuran Pematang Siantar. Namun saya ingin melanjutkan sekolah di Yamaha Conservatory, Jakarta. Tahun 1995 saya ke Jakarta dan indekos di kawasan Karet, dekat lokasi belajar, Jl. Gatot Subroto.
Wah, benar-benar ingin total di musik, ya?
Begitulah. Rupanya, jalan hidup saya memang mengajar musik. Suatu saat, sambil belajar saya ikut audisi untuk menjadi demonstrator. Saya pun lolos dan mulai membantu jadi demonstrator. Saya kerap main piano di berbagai mal. Usai main di mal, seorang ibu mendatangi saya, "Apakah Anda terima kursus?" Wah, saya senang sekali. Langsung saja saya iyakan. Kesempatan untuk buka privat pula.