Mengapa tertarik pada piano?
Saya mulai belajar piano sejak usia sekitar 3 tahun. Awalnya karena melihat Kakak, Hansen (21), belajar piano. Dasar anak kecil, apa saja yang dimainkan Kakak bikin saya jadi pengin ikutan main. Akhirnya saya disekolahkan di sekolah musik yang sama dengan Kakak, tapi beda pengajar.
Lalu sejak kapan mulai ikut kompetisi?
Kalau tidak salah sejak usia 4 tahun. Awalnya hanya mengikuti kompetisi piano di sekolah musik. Lama-lama, saat di Taman Kanak-kanak (TK), saya mulai berani ikut kompetisi untuk level se-Surabaya. Selanjutnya, waktu kelas 2 SD sempat ikut kompetisi Queensland Piano Competition di Australia (2003). Tapi karena saya masih terlalu kecil, jadi saya belum boleh menang. Itu event internasional pertama yang pernah saya ikuti.
Pengalaman apa yang didapat dari kompetisi itu?
Karena waktu ikut event itu saya masih kecil sekali, jadi saya masih belum bisa menguasai rasa grogi atau gugup. Apalagi saat itu saya kebetulan tampil di nomor urut satu. Jadi sepertinya, wah... Sayang juga, sih, tidak bisa menang. Tapi mau bagaimana lagi?
Lalu?
Pada 2006 saya juga pernah mengikuti IBLA Indonesia International Competition. Kompetisi ini sebenarnya berasal dari Italia, tapi diselenggarakan juga di berbagai negara di dunia. Di kompetisi ini saya ikut tiga kategori berbeda: solo, duet, dan trio. Untuk solo saya juara 3, untuk duet juara 2, sedangkan untuk trio saya juara 1. Di event ini saya juga meraih penghargaan khusus untuk kategori lagu modern.
Nah, pada 2009 saya ke Italia mengikuti semacam master class, yang sebenarnya juga diikuti dengan lomba. Saya berkeliling ke 4 kota di Italia untuk berguru piano kepada para master piano di sana. Selain berguru, dalam master class ini saya juga diwajibkan tampil setelah mendapatkan materi dari setiap master. Saat tampil, peserta diwajibkan membuat konsep yang mencirikan khasnya negara masing-masing.