Suka musik campursari?
Ibu dulu pemain ketoprak, suaranya lumayan merdu. Saya juga sering mendengar lagu-lagu dari kaset dan menirukannya. Eh, kok, suara saya pas. Merasa pede, saya jadi rajin menyumbang suara di acara 17 Agustusan di mana saja. Pernah, lho, sekitar tahun 2003 saya jalan kaki pakai sepatu hak tinggi ke suatu desa berjaraknya 7 km, sekadar buat nyanyi. Tiba di tujuan, panggungnya sudah bubar. Ha ha ha...
Anggota Acapella Jawa juga?
Iya. Saya bergabung dengan Acapella sejak masuk SMKI, saat Soimah masih aktif. Mental saya digembleng agar tampil maksimal di hadapan penonton.
Latihan vokal di mana?
Untuk campursari saya belajar dari kasetnya Pak Manthous, tokoh kondang musik campurari. Sementara belajar nyinden, ya, pas di SMKI.Saya juga les privat nyinden ke dosen Jurusan Pedalangan ISI Yogya, Pak Suparto SSn. MHum., sampai sekarang.
Kabarnya laris diajak ndhalang oleh dalang profesional?
Awalnya ikut pedalang lokal, Pak Pardjoyo. Beliau guru di SMKI. Mungkin dari mulut ke mulut ada yang mempromosikan saya, sehingga bisa diajak Pak Seno Nugroho yang katanya dhalang paling mahal. Pernah juga diajak Ki Enthus, Ki Wisnu Hadi Sugito, dan Ki Tono Hadi Sugito. Nnyinden-nya semalam suntuk, dari jam 8 malam sampai 5 pagi. Seperti sinden zaman dulu, saya juga pakai kain jarik dan kebaya plus konde lengkap. Awalnya sering terasa sakit saat duduk bersimpuh semalam suntuk, tapi lama-lama jadi biasa.
Berapa kali nyinden dalam sebulan?
Dulu sebelum laris hanya 4-5 kali per bulan. Sekarang bisa sampai 25 kali sebulan. Pernah di malam wayangan, paginya masih harus nyanyi diiringi elekton. Akibatnya, 10 hari 10 malam saya tak tidur dan sakit. Akhirnya saya dibuatkan dopping jamu jawa oleh Ibu. Ramuannya kencur dicampur telur ayam kampung dan jeruk nipis. Tapi karena saking seringnya nyinden, sudah jarang minum jamu.
Sudah mantap jadi sinden?
Saya ingin total jadi sinden. Selain nyinden saya juga bisa menabuh gamelan, terutama gender. Instrumen ini tingkat kesulitannya tinggi. Ditabuh dengan dua tangan secara bersamaan, tapi notasinya berbeda. Selain nyinden saya penyanyi campursari, bergabung di grup Jampisayah, Magelang.
Yang terbaru rekaman bersama grup Jazz Everyday. Lagu di album pertama berjudul Lumbung Desa dan Lesung Jumengglung. Kedua tembang Jawa itu saya nyanyikan dengan irama jazz. Di album kedua, saya menyanyikan So in Love, kolaborasi suara sinden dan jazz, dengan musik pentatonis. Saya bisa bergabung di kelompok jazz ini karena diajak teman dari jurusan musik ISI, Jay Saxophone.
Rini Sulistyati