Biskuit Berkrim Bisa Bikin Anak Sakit Jantung

By nova.id, Senin, 28 Maret 2011 | 17:03 WIB
Biskuit Berkrim Bisa Bikin Anak Sakit Jantung (nova.id)

SEDIKIT BOLEH SAJA

Sebenarnya, meski TFA disinyalir cukup berbahaya, bukan berarti makanan yang mengandung TFA haram sama sekali dikonsumsi. "Yang penting, tidak secara berlebihan," anjurnya. Lantas seberapa banyak TFA bisa dikonsumsi?

Ketua Jurusan Teknologi Pangan & Gizi, Fak. Teknologi Pertanian, IPB ini memberi patokan, untuk orang dewasa misalnya, yang kebutuhan kalorinya mencapai 2000 kkal per hari, maka konsumsi lemak yang dianjurkan per harinya adalah 30% atau sekitar 660 kkal atau sekitar 73 gram (1 gram lemak = 9 kkal). Nah dari 73 gram ini, TFA aman dikonsumsi jika kadarnya tidak lebih dari 30%, yaitu sekitar 198 kkal atau 21 gram.

Bila lebih dari itu, TFA biasanya akan menaikkan kadar kolesterol darah hingga di atas normal (150-200 mg/100 ml). "Buat anak tentu jumlahnya lebih kecil lagi, karena asupan kalori setiap harinya di bawah 2000 kilo kalori, tergantung umur, berat, dan tinggi badannya."

Yang harus diwaspadai justru kesukaan anak pada makanan jenis snack tertentu, sampai-sampai tidak bisa direm atau dicegah. "Nah, jika sudah demikian, apakah orang tua bisa menghitung asupan lemak pada tiap makanan yang dikonsumsi anak?"

MENGHINDARI TFA

Tidak ada jalan lain, kalau mau aman orang tua harus melakukan tindakan pencegahan. Ganti snack anak dengan makanan lain yang tak mengandung TFA. "Kan, banyak makanan lain yang cukup lezat, atau bikin sendiri camilan yang sehat buat anak," katanya. "Beruntung, jarang sekali TFA ditemukan dalam bahan makanan alami. Jika pun ada, kadarnya sangat sedikit, seperti kadar TFA pada susu sapi, sehingga tak perlu dikhawatirkan."

Bisa juga saat hendak membeli makanan apa pun yang mengandung lemak, teliti dahulu apakah makanan tersebut mengandung TFA atau tidak. "Lihatlah terlebih dahulu label yang berisi komposisi makanan tersebut.

Aktivitas fisik atau berolahraga secara teratur juga meminimalkan dampak negatif TFA. Olahraga bisa meningkatkan metabolisme tubuh secara menyeluruh, juga meningkatkan serta memperlancarkan peredaran darah pada seluruh tubuh. "Aktivitas fisik akan membakar lemak dan kolesterol dalam tubuh, sehingga dampak negatif TFA pun bisa diminimalisir," demikian Purwiyatno.

Asal Usul Dan Kegunaan TFA

Kadar TFA yang tinggi didapat dari hasil pengolahan hidrogen (hidrogenasi) terhadap lemak alami. Contohnya bahan-bahan lemak alami, seperti minyak sayur, minyak kedelai, atau minyak jagung yang dimasukkan ke tabung, lalu dibakar dalam suhu tinggi dengan menggunakan zat hidrogen (H2).

Hanya saja, seringkali proses hidrogenasi (proses penjenuhan) ini terjadi setengah jalan (partial hydrogenated), atau prosesnya tidak sampai 100%, hanya sekitar 50-70%. Tujuannya, agar lemak yang awalnya cair bisa berbentuk semi padat. Jika proses hidrogenasi itu mencapai 100%, maka lemak tersebut akan memadat dan menjadi sangat keras. Nah, proses setengah jalan inilah yang menyebabkan proses hidrogenasi menghasilkan lemak TFA.

Dengan hidrogenasi, maka lemak yang awalnya berbentuk cair bisa menjadi semi padat, sehingga mudah digunakan untuk macam-macam keperluan. Jika tidak dibentuk seperti itu, asam lemak tak jenuh alami ini akan mudah rusak.

Disamping itu, hidrogenasi juga membuat asam lemak tak jenuh menjadi tahan panas. Minyak goreng TFA, misalnya, lebih tahan panas jika digoreng. "Keberadaan TFA di dalam lemak terhidrogenasi di dalam minyak goreng dianggap menguntungkan karena mempunyai titik leleh yang lebih tinggi, sama dengan titik leleh asam lemak jenuh," tutur Purwiyatno lebih lanjut.

Seperti sudah disinggung di atas, proses ini juga membuat lemak menjadi awet dan tidak gampang tengik. Itulah mengapa para produsen makanan memilih penggunaan TFA, karena produk-produk makanannya akan tahan lebih lama. Hal ini jelas sangat menguntungkan pemasaran produk makanan. Belum lagi, seperti diakui Purwiyatno, "Krim semi padat sangat disukai anak-anak, apalagi jika ditambahkan pemanis dan pengharum makanan, walaupun sebenarnya TFA dibuat bukan untuk melezatkan makanan, melainkan untuk mengubah bentuk lemak yang tadinya cair menjadi semi padat."

Ia juga mengatakan, proses hidrogenasi sudah dikenal lama para produsen makanan di Eropa dan Amerika. Namun, penelitian tentang dampak TFA baru dilakukan tahun-tahun belakangan ini. Soalnya, beberapa tahun lalu orang beranggapan semua lemak tak jenuh aman dikonsumsi. Kini anggapan tersebut telah berubah.

Ipoel